REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Laju kematian akibat virus corona di Spanyol kembali meningkat untuk pertama kalinya dalam lima hari, Selasa (7/4). Sebanyak 743 orang meninggal dalam sehari, sehingga menambah total kematian menjadi 13.798, yang tertinggi kedua di dunia setelah Italia.
Kementerian Kesehatan membandingkan dengan penambahan sehari sebelumnya dengan 637 kematian. Meski terjadi penambahan, peningkatan harian proporsional 5,7 persen sekitar setengah dari yang dilaporkan seminggu yang lalu.
Wakil Kepala Darurat Kesehatan, Maria Jose Sierra menyatakan, data terbaru yang menunjukkan peningkatan kematian itu termasuk beberapa pemberitahuan tertunda dari akhir pekan. Sedangkan untuk total kasus naik menjadi 140.510, tertinggi di Eropa dan kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Walau terjadi peningkatan angka kematian, Spanyol mulai mempertimbangkan pelonggaran untuk karantina yang ketat. Beberapa perusahaan sudah bisa kembali berproduksi, seperti unit Spanyol Volkswagen akan membuka kembali sebagian pabrik di wilayah Navarra pada 20 April.
Peraturan ketenagakerjaan untuk pertanian dipermudah untuk mendatangkan hingga 80.000 migran dan orang-orang yang menganggur untuk menutupi kekurangan pekerja asing. Keputusan itu diharapkan akan mencegah kekurangan makanan dan mempertahankan status Spanyol sebagai pengekspor buah dan sayuran terbesar di Uni Eropa.
Agar lockdown bisa cepat sepenuhnya dicabut, para pejabat mengatakan pengujian harus diperluas. Cara itu akan menjaring warga yang mungkin memiliki gejala ringan atau tidak sama sekali.
Pemerintah sedang merencanakan tes antibodi cepat secara massal dalam beberapa hari mendatang. Radio Cadena Ser mengatakan, sekitar 62.000 orang akan dites dua kali dengan interval 21 hari untuk melihat efek dari pelonggaran tindakan terhadap penularan.