Rabu 08 Apr 2020 15:11 WIB

Kemenag Sumbar: Sholat Id Ditiadakan

Pelarangan sejumlah kegiatan keagamaan untuk melindungi masyarakat dari Covid-19.

Rep: Febrian Fachri / Red: Hiru Muhammad
Warga melaksanakan Shalat Idul Fitri, di Lapangan Imam Bonjol, Padang, Sumatra Barat.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Warga melaksanakan Shalat Idul Fitri, di Lapangan Imam Bonjol, Padang, Sumatra Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatra Barat, Hendri, mengatakan, pelaksanaan ibadah sholat Idul Fitri untuk 1 Syawal 1441 Hijriyah kali ini ditiadakan. Menurut Hendri, sholat Id tergolong kepada kegiatan yang menciptakan keramaian di sebuah tempat sehingga rentan terhadap penularan virus corona atau Covid-19.

"Sholat Idul Fitri di lapangan dan di masjid ditiadakan. Diharapkan fatwa MUI menjelang waktunya tiba," kata Hendri melalui konferensi video yang difasilitasi Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumatra Barat via aplikasi Zoom, Rabu (8/4).

Selain meniadakan sholat Idul Fitri, Kanwil Kemenag Sumbar juga meniadakan sholat Tarawih berjamaah di masjid, takbiran keliling kampung, pesantren kilat, dan kegiatan lainnya yang menciptakan kerumunan massa. Hendri juga menyebut meniadakan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan.

Kemudian, Kemenag juga meminta selama bulan Ramadhan nanti tidak ada kegiatan buka puasa bersama, sahur bersama, hingga pengajian agama di suatu tempat yang menciptakan keramaian. Menurut dia, buka puasa, sahur, sholat fardhu, dan sholat Tarwih sebaiknya dilaksanakan di rumah saja bersama keluarga inti. "Kegiatan pesantren kilat boleh dilaksanakan melaui media elektronik," ujar Hendri.

Hendri menambahkan, pelarangan beberapa kegiatan keagamaan selama bulan Ramadhan kali ini murni untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Hendri meyakini Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini tetap dapat dilalui dengan penuh hikmat dan kebahagiaan.

"Semangatnya tetap rayakan Idul Fitri dengan suasana saat ini tanpa mengurangi makna Idul Fitri itu sendiri. Tetap kita rayakan, tapi mengacu pada protokol kesehatan.  Agama kita mengajarkan agar jaga diri, jaga keluarga dari berbagai bahaya," kata Hendri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement