Rabu 08 Apr 2020 15:45 WIB

UMP Berdayakan Komunitas Dhuafa Produksi Masker

Masker ini ada yang dibagikan dan ada yang dijual lagi pada masyarakat.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah warga melakukan proses pembuatan masker berbahan kain.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Sejumlah warga melakukan proses pembuatan masker berbahan kain.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jawa Tengah, memberdayakan kaum dhuafa di Kampung Rahayu Desa Karangklesem Kecamatan Purwokerto Selatan, untuk memproduksi masker. Mereka yang dilibatkan untuk memproduksi masker tersebut merupakan komunitas dhuafa yang menjadi binaan Pusat Studi Dakwah Komunitas (PSDK) UMP.

''Ada beberapa jenis masker yang kami minta untuk dibiat. Seluruh masker yang mereka buat, kami yang tampung,'' jelas  Penanggung Jawab dan Koordinator Komunitas Dhuafa Binaan PSDK UMP,  Bayu Kurniawan, Rabu (8/3).

Menurutnya, masker yang dibuat seluruhnya berbahan kain. Namun dia menjamin, masker kain ini menggunakan bahan yang tidak akan bisa ditembus virus. ''Beberapa masker yang dibuat, juga bisa dilapisi kertas tisu yang bisa diisi ulang. Dengan demikian, lebih praktis,'' kata dia.

Oleh PSDK, masker ini ada yang dibagikan dan ada yang dijual lagi pada masyarakat. ''Kita menjualnya juga dengan harga murah. Ada yang Rp 4.500 per pcs dan ada yang Rp 4.000. Masker bahan kain ini, bisa dicuci dengan cara direndam air sabun, sehingga tidak perlu harus selalu beli masker baru,'' ujarnya.

Rektor UMP Dr Anjar Nugroho, mengapresiasi langkah PSDK UMP yang telah memberdayakan kaum dhuafa untuk memproduksi masker. Dengan cara ini, kaum dhuafa masih bisa tetap produktif meski kondisi sedang sangat sulit.

''Sebagai institusi pendidikan, kita juga sudah melakukan banyak hal untuk membantu warga dan mahasiswa. Antara lain, membagikan hand sanitizer gratis, mendirikan posko Covid-19, dan membagikan sembako,'' jelas rektor.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement