Rabu 08 Apr 2020 16:31 WIB

Palestina Berjibaku Hadapi Covid-19 di Tengah Keterbatasan

Warga Palestina menjadi relawan penanganan Covid-19.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Palestina memproduksi pakaian pelindung di sebuah pabrik jahit kecil di Kota Gaza,  Senin (30/3). Beberapa pabrik pakaian di Jalur Gaza telah mengubah jalur produksinya untuk memproduksi peralatan pelindung seperti pakaian pelindung dan masker wajah medis untuk pasar Israel dan West Bank di tengah kekhawatiran tentang penyebaran pandemic penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh SARS CoV-2 virus Corona
Foto: MOHAMMED SABER/EPA
Warga Palestina memproduksi pakaian pelindung di sebuah pabrik jahit kecil di Kota Gaza, Senin (30/3). Beberapa pabrik pakaian di Jalur Gaza telah mengubah jalur produksinya untuk memproduksi peralatan pelindung seperti pakaian pelindung dan masker wajah medis untuk pasar Israel dan West Bank di tengah kekhawatiran tentang penyebaran pandemic penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh SARS CoV-2 virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Warga Palestina di Tepi Barat tetap berjibaku berupaya melawan pandemi wabah virus Corona atau Covid-19 di tengah keterbatasan. 

Sejumlah warga Palestina pun ada yang menjadi relawan di pos pemeriksaan Covid-19 di Tepi Barat. 

Baca Juga

Salah satunya Moayad Samha, warga Palestina yang kini berpenampilan lengkap dengan masker dan rompi oranye serta termometer di tangannya. 

Pria yang lahir di Ein Yabroud, sebuah desa di Tepi Barat, ini bertugas memeriksa warga sipil di pos pemeriksaan di desa kelahirannya.  

Samha seorang pengacara dan satu dari banyak warga sipil yang dikerahkan di sepanjang jalan-jalan pedesaan di Tepi Barat untuk mengendalikan wabah virus corona. 

Beberapa relawan khawatir pos pemeriksaan sipil akan menumbuhkan kebencian di kalangan warga Palestina, karena desa-desa tanpa kasus Covid-19 memalingkan penduduk yang berasal dari tempat-tempat yang tercatat memiliki kasus.  

Namun Samha mengatakan dia dan yang lainnya melakukan pemantauan di pinggir jalan untuk melindungi seluruh wilayah dari wabah virus Covid-19. 

"Kami berusaha mendeteksi virus sebanyak mungkin dengan sarana terbatas kami," kata Samha di pos pemeriksaan Ein Yabroud, dilansir dari Asharq Al-Awsat, Rabu (8/4).

Tepi Barat, yang hampir ditutup total selama beberapa pekan, memiliki 250 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Ein Yabroud tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi tetapi desa Dayr Jarir, sekitar 1,5 kilometer ke arah timur, memiliki beberapa pasien Corona. 

Samha menjelaskan, pengemudi yang mendekati pos pemeriksaan Ein Yabroud semuanya dihentikan. Orang dengan suhu tinggi diminta menahan napas selama 10 hingga 15 detik, untuk melihat apakah mereka batuk atau merasa tidak nyaman. Jika seseorang menunjukkan kemungkinan gejala Covid-19, ia segera memanggil petugas di Ramallah terdekat untuk melakukan tes.

Relawan lain, Mohammed Hawih, melakukan tugas memeriksa identitas wisatawan untuk menentukan tempat asal mereka. Sopir truk pun tidak luput dari pemeriksaan. 

Sopir itu diminta membuka pintu belakang. Identitas dan tujuannya diperiksa sebelum diizinkan melintas.

Orang-orang yang berasal dari daerah dengan banyak kasus corona ditolak masuk. Namun, penduduk dari beberapa tempat diizinkan berhenti di Ein Yabroud untuk membeli barang-barang. "Tetapi mereka yang berasal dari kota dan desa lain tidak (diizinkan)," katanya.

Hawih mengatakan pos pemeriksaan sipil adalah bentuk tanggapan terhadap kasus infeksi baru yang terus meningkat di desa-desa kecil dan kamp-kamp pengungsi yang jauh dari kota-kota utama Palestina. Relawan di berbagai lokasi berkomunikasi melalui aplikasi Zello, yang berfungsi seperti walkie-talkie. 

Beberapa desa bahkan telah menghasilkan seragam untuk pelindung diri mereka. Misalnya, staf pos pemeriksaan di Dura al-Qara, yang berdekatan dengan Ein Yabrud, mengenakan pakaian kuning yang dihiasi dengan nama dewan desa. 

Di pos pemeriksaan Ein Yabroud, prioritas utamanya adalah mencegah tentara Israel memasuki desa. Sebab ada lebih dari 9.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di Israel. Warga Palestina khawatir pasukan Israel menyebabkan kasus infeksi corona yang lebih meluas di Tepi Barat.

Hawih mengklaim telah memaksa tentara Israel untuk kembali dengan menghalangi jalan pada beberapa kesempatan. Kekhawatiran lain muncul karena ada kemungkinan terjadi lonjakan kasus infeksi di Tepi Barat setelah ribuan warga Palestina yang bekerja di Israel pulang ke kampung halaman dalam beberapa hari terakhir.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement