Rabu 08 Apr 2020 16:34 WIB

Ketika Pandemi Corona Mengubah Tradisi Ramadhan di Dunia

Muslim di seluruh dunia diminta menjalankan ibadah Ramadhan dari rumah.

Ramadhan tahun ini Masjidil Haram diperkirakan akan sepi akibat pandemi Covid-19 yang masih bergejolak di dunia. Ramadhan tahun ini dibayangi belum pulihnya dunia dari efek virus corona jenis baru,
Foto: Ganoo Essa/Reuters
Ramadhan tahun ini Masjidil Haram diperkirakan akan sepi akibat pandemi Covid-19 yang masih bergejolak di dunia. Ramadhan tahun ini dibayangi belum pulihnya dunia dari efek virus corona jenis baru,

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andrian Saputra, Kiki Sakinah, Antara

Ramadhan tahun ini kemungkinan akan dilalui dengan sangat berbeda oleh umat Muslim di seluruh dunia. Beberapa belas hari menuju Ramadhan umat Muslim masih dibayangi oleh pandemi Covid-19.

Baca Juga

Di Indonesia, Kementerian Agama sedang menggodok panduan beribadah selama Ramadhan. Besar kemungkinan masyarakat tidak dibolehkan sholat berjamaah di masjid termasuk saat tarawih, tidak boleh ada kegiatan buka puasa bersama, termasuk larangan menggelar sholat Id dan bersilaturahim ke tetangga dan keluarga.

Malaysia sudah jelas melarang bazar Ramadhan digelar di kota-kotanya. Kemeriahan Ramadhan bahkan dibayangi oleh pemutusan hubungan kerja di banyak rumah di seluruh dunia.

Suasana di dua kota suci Makkah dan Madinah juga dipastikan berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini tidak ada jamaah yang datang dari berbagai negara. Jelang Ramadhan, dua kota suci ini lebih sepi menyusul kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi yang memberlakukan kebijakan jam malam sejak Senin (6/4).

Suasana kota-kota besar di Arab Saudi yang sepi sangat dirasakan oleh seorang warga negara Indonesia, Ahmad Firdaus yang bermukim di sana. Menurutnya tak banyak aktivitas warga di luar rumah termasuk di Mekkah dan Madinah.

Selain itu warga pun tidak bisa beribadah di masjid lantaran kebijakan penutupan sementara kegiatan di masjid untuk mencegah virus corona. "Kondisi dua kota suci masih sepi belum bisa bebas masuk ke masjid. Kondisi masyarakat sebagian tempat lockdown-nya 24 jam. Dan semua masjid masih ditutup," tutur Ahmad kepada Republika.co.id pada Rabu (8/4).

Jelang Ramadhan, menurut Ahmad sejauh ini belum ada informasi yang jelas dari pemerintah Arab Saudi tentang kegiatan-kegiatan berkaitan dengan ibadah di bulan suci Ramadhan yang boleh dilakukan. Semisal pelaksanaan tarawih atau pun iftar. Hanya saja, Ahmad menjelaskan aktivitas pertokoan banyak yang libur tak terkecuali para WNI yang bekerja di toko-toko.

"Mengenai keputusan pemerintah Arab Saudi terkait sholat tarawih, bazar, iftar dan lain-lain belum ada informasi dan himbauan untuk saat ini. Kondisi WNI yang perempuan tetap bekerja di majikannya, laki-laki yang jadi supir tetap kerja di majikannya. Yang kerja bangunan dan toko-toko semuanya libur," kata Ahmad.

Aturan jam malam yang berlaku mulai 6 April itu meliputi larangan bepergian 24 jam bagi penduduk kota Riyadh, Tabuk, Dammam, Dhahran, Hofuf, Jeddah, Taif, Qatif, Khobar. Terdapat pengecualian bagi karyawan publik atau swasta yang bekerja di sektor vital.

Penduduk diizinkan membeli kebutuhan sembako dan kesehatan di dalam distriknya sendiri dari pukul 06.00-15.00 waktu setempat. Di sisi transportasi, kendaraan seperti mobil hanya boleh boleh maksimal mengangkut dua orang termasuk sopir.

"Kegiatan medesak di luar rumah dilakukan oleh orang dewasa saja, disarankan menggunakan jasa pengiriman makanan dan obat-obatan melalui aplikasi pesan antar," katanya.

Ramadhan di Mesir juga dipastikan akan berjalan tanpa kemeriahan. Mesir akan melarang pertemuan keagamaan selama bulan suci Ramadhan.

Artinya Mesir akan melarang setiap pertemuan dan buka puasa bersama di masyarakat, serta kegiatan sosial keagamaan lainnya, demikian pernyataan Kementerian Wakaf Mesir. Larangan itu juga akan mencakup iktikaf, momen umat Islam menghabiskan 10 malam terakhir Ramadhan dengan berdiam diri di masjid untuk berdoa.

Berdasarkan hitungan Reuters, Mesir telah melaporkan lebih dari 1.300 kasus terkonfirmasi Covid-19 dengan 80 kematian lebih. Mesir sebelumnya telah memerintahkan penutupan masjid serta gereja dan menyiarkan lantunan doa melalui pengeras suara.

Ramadhan yang biasanya penuh dengan kajian pemuka agama di masjid diantisipasi Muslim di Inggris dengan membuat webinar daring dan konferensi video. Salah satu contohnya adalah Proyek Tenda Ramadhan Inggris, yang biasanya menyelenggarakan buka puasa terbuka setiap Ramadhan.

Tahun ini, Proyek Tenda Ramadhan Inggris itu akan menyelenggarakan webinar daring untuk menjawab pertanyaan seputar agama dan memberikan saran tentang cara mendapatkan manfaat dari bulan suci Ramadhan.

Selanjutnya, kegiatan ibadah yang paling penting di bulan Ramadhan adalah sholat tarawih. Sholat tarawih biasanya digelar di masjid-masjid setiap malamnya pada bulan Ramadhan. Selain karena pahalanya yang lebih besar, sholat Ramadhan lebih nikmat dilakukan secara berjamaah di masjid.

Namun, tahun ini masjid-masjid di hampir semua negara Muslim, termasuk Timur Tengah dan Indonesia, ditutup karena wabah virus corona. Bahkan, saat ini pemerintah Arab Saudi juga menutup Masjid Nabawi dan Masjid al-Haram karena pandemi.

Di Inggris, Dewan Muslim Inggris (MCB) telah mengeluarkan pernyataan yang mengharuskan ada penangguhan layanan sholat jika wabah belum mereda. Di Amerika Serikat, All Dulles Area Muslim Society menetapkan bahwa sholat lima waktu berjamaah di 10 masjid ditutup di tengah ancaman wabah. Penyelengaraan sholat Jumat di masjid pun untuk sementara ditiadakan di masjid-masjid dan diganti dengan shalat dzuhur di rumah masing-masing, dilansir dari Middle East Eye.

photo
Fatwa Haram Berangkat Haji KH Hasyim Asyari - (Republika.co.id)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement