Rabu 08 Apr 2020 18:30 WIB

Kritik Presiden Tangani Covid-19, Miliarder China Ditahan

Seorang miliarder China yang mengkritik cara Xi Jinping tangani Covid-19 ditangkap

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Presiden China Xi Jinping. Seorang miliarder China yang mengkritik cara Xi Jinping tangani Covid-19 ditangkap. Ilustrasi.
Foto: Nobuki Ito/Kyodo News via AP
Presiden China Xi Jinping. Seorang miliarder China yang mengkritik cara Xi Jinping tangani Covid-19 ditangkap. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Seorang miliarder China yang mengkritik cara Presiden Xi Jinping dalam menangani wabah Covid-19 sedang diselidiki otoritas berwenang negara tersebut. Dia dituduh melakukan pelanggaran serius terhadap hukum dan peraturan Partai Komunis Cina (PKC).

Miliarder bernama Ren Zhiqiang itu kini ditahan oleh otoritas Beijing. Ren merupakan pengusaha yang bergelut di bidang real estat dan memiliki relasi dekat dengan pejabat-pejabat senior Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga

Pada awal Maret, Ren sempat menulis esai bermuatan kritik terhadap Xi. Dia menyorot tajam cara sang presiden menangani wabah Covid-19. Dalam tulisannya Ren mengecam tindakan keras PKC terhadap kebebasan pers dan intoleransi perbedaan pendapat.

Dalam esainya, Ren menyebut pemimpin puncak sebagai badut yang haus kekuasaan. Namun dia memang tak secara gamblang menulis nama Xi Jinping.

“Saya tidak melihat seorang kaisar berdiri di sana memamerkan ‘pakaian barunya’, tapi seorang badut yang menanggalkan pakaiannya dan bersikeras terus menjadi kaisar,” tulis Ren seperti dikutip laman CNN. Pernyataan Ren itu disebut merujuk pada pidato telekonferensi Xi kepada 170 ribu pejabat di seluruh China mengenai langkah-langkah penanganan epidemi Covid-19 tanggal 23 Februari.

Ren kemudian menuding PKC menempatkan kepentingannya sendiri di atas keselamatan rakyat. “Tanpa media yang mewakili kepentingan rakyat dengan mempublikasikan fakta-fakta aktual, nyawa rakyat dirusak oleh virus dan penyakit utama sistem itu,” katanya.

Menurut Wang Ying, teman dekat Ren yang juga seorang pengusaha, dia tak dapat menghubungi Ren sejak 12 Maret lalu. Wang khawatir Ren telah dibawa atau ditahan pihak berwenang. Dugaan Wang pun tak meleset.

Ren kerap bicara terbuka, gamblang, dan apa adanya tentang perpolitikan di negaranya. Hal itu membuat dia dijuluki The Cannon di media sosial China. Karena hal itu pula, Ren harus sering menghadapi persoalan hukum dengan otoritas negara.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement