REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di balik sosok Rasulullah SAW yang tegas dalam menyampaikan ajaran Islam, beliau juga sosok yang sangat menghargai dan menyayangi istrinya. Terhadap istrinya Sayyida Aisyah, Rasulullah SAW kerap memanggilnya itu dengan panggilan sayang.
Dalam sebuah riwayat disebutkan beliau memanggil Aisyah dengan panggilan yang sangat mesra "Aisy" dan terkadang dengan sebutan "Ya Humaira" (wahai yang memiliki pipi yang putih kemerah-merahan). Mengutip Adib Al-Kamdani dalam buku berjudul Kemesraan Nabi Bersama Istri, dijelaskan Humaira adalah isim tasghir atau bentuk kata yang menunjukkan makna sesuatu yang mungil, untuk memanjakan dan kecintaan. Humaira diambil dari kata hamra', yaitu yang putih berambut pirang.
Di samping memanggil istri dengan panggilan sayang, Rasulullah juga mencontohkan memberikan pujian kepada istrinya. Aisyah menuturkan, saat ia tengah duduk merajut, sementara Nabi SAW menjahit sandalnya. Saat itu, kening Rasulullah mulai berkeringat dan keringatnya memunculkan cahaya.
Aisyah yang tercengang saat itu kemudian mengungkapkan syair Abu Kabir al-Hudzli kepada Nabi saw. Rasulullah kemudian berdiri dan mencium antara dua matanya dan berkata, "Jazakillah Aisyah khairan (Semoga Allah membalas kebaikan bagimu), kebahagiaanmu atasku sungguh seperti kebahagiaanku atasmu." (HR. al-Muzni).
Hasan Syamsi Basya dalam buku As'id Nafsak wa As'id al-Akharin (Bahagiakan Dirimu dan Orang Lain) menyarankan agar seorang suami dapat memuji istri ketika ia melakukan sesuatu yang memang pantas untuk dipuji. Sebab, dikatakan memuji istri dapat memunculkan manfaat, di antaranya menyapu rasa lelah dan penat istri setelah bekerja seharian, menyehatkan psikis istri dan lingkungan pendidikan dalam berumah tangga, dan menumbuhkan perasaan cinta di dalam hatinya sehingga akan memancarkan kebahagiaan bagi seluruh keluarga.