REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 menyatakan ujung tombak penanganan pandemi virus Corona berada di tangan masyarakat dengan melakukan berbagai usaha, termasuk tidak keluar rumah.
Dengan berada di rumah, kata juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, Achmad Yurianto, masyarakat mengurangi risiko yang lebih besar dalam penularannya.
"Jangan lakukan perjalanan kemana pun karena risikonya besar, keluar rumah jika hanya diperlukan, selebihnya di rumah saja, banyak yang bisa dilakukan. Kami ingatkan saat ini adalah musim pancaroba yang biasanya secara klasik ada peningkatan kasus DBD. Karenanya mari cegah, tetap di rumah, berantas sarang nyamuk, ini juga penting," kata Yuri di Gedung BNPB Jakarta, Rabu (8/4).
Jika harus keluar rumah, Yuri mengimbau agar masyarakat menggunakan masker terutama yang berbahan kain, karena masker bedah dan N95 diperlukan oleh petugas kesehatan.
"Jangan lupa sesering mungkin cuci tangan pakai sabun dan air mengalir dan hindari kerumunan, sementara itu juga jaga kesehatan diri sendiri, cukup istirahat, beri asupan gizi baik, ini awal bagi kita untuk bisa jaga kesehatan secara keseluruhan," ucap Yuri.
Masyarakat sebagai ujung tombak penanggulangan COVID-19, tambah Yuri, harus bersama-sama pemerintah memperkuat pondasi pencegahan penularan dengan mendukung dan menyukseskan berbagai kebijakan pemerintah, termasuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Mudah-mudahan dengan cara seperti ini, secara terstruktur dan masif kita bisa hentikan rantai penularan COVID-19. Kita bisa lindungi diri kita, keluarga kita, tetangga kita dan bangsa kita. Hanya kita dan kita sajalah yang bisa lindungi bangsa ini hadapi COVID-19," ucap Yuri.
Hingga Rabu ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat kasus positif penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru di Indonesia hampir menyentuh angka 3.000, tepatnya sebanyak 2.956 kasus, sementara 222 pasien sembuh dan 240 orang meninggal dunia.