Kamis 09 Apr 2020 10:38 WIB

Laris Manis Ekspor Kelapa Parut Sumut ke Cina

Pada masa seperti sekarang ini, ekspor produk olahan menjadi pilihan terbaik

Tidak kurang dari 75,4 ton kelapa parut asal Provinsi Sumatera Utara tercatat Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Tanjung Balai Asahan diekspor ke Cina sejak Januari hingga April 2020.
Foto: istimewa
Tidak kurang dari 75,4 ton kelapa parut asal Provinsi Sumatera Utara tercatat Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Tanjung Balai Asahan diekspor ke Cina sejak Januari hingga April 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TB ASAHAN -– Tidak kurang dari 75,4 ton kelapa parut asal Provinsi Sumatera Utara tercatat Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Tanjung Balai Asahan diekspor ke Cina sejak Januari hingga April 2020.

Kondisi ekonomi yang melemah akibat wabah pandemi global masih tidak menyurutkan permintaan dari negara Cina akan produk turunan sub sektor perkebunan ini. 

Tidak hanya itu, sebanyak 18,3 ribu ton atau setara dengan nilai ekonomi Rp 397 miliar berhasil menembus pasar India, Vietnam dan Malaysia pada periode Januari hingga April 2020 ini.

"Secara nasional, tren sertifikasi ekspor kelapa parut juga meningkat, baik volume, juga negara tujuan ekspornya," kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) saat memberikan penjelasan diruang monitoring lalu lintas produk pertanian secara online (8/4) di Jakarta.

Menurutnya, sertifikasi ekspor kelapa parut asal Sumut ke Cina di tahun 2019 mencapai 623 ton, sementara untuk ekspor dengan tujuan negara lainnya mencapai 70.923 ton dengan total nilai Rp 2,8 triliun di tahun yang sama. Dan ini meningkat dikisaran 12 persen dari perolehan tahun 2018.

Dorong Hilirisasi

Kelapa parut yang makin digemari pasar global ini merupakan produk olahan dari kelapa. Kini tidak lagi diekspor dalam bentuk bulat, namun sudah lebih banyak berupa santan atau kelapa parut.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red),  Kementan kini terus perbaiki iklim investasi dengan deregulasi dan juga penyediaan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendorong tumbuhnya hilirisasi industri produk pertanian.

Seluruh direktorat teknis dilingkup Kementan fokus untuk program peningkatan produksi dan nilai tambah, khususnya bagi komoditas strategis dan juga komoditas yang memiliki potensi dan peluang ekspor.

Bekerjasama dengan jajaran pertanian diseluruh Indonesia pembangunan pertanian berbasis kawasan berioentasi ekspor juga digalakkan. Barantan yang ditunjuk untuk menggawangi pencapaian target ekspor, telah menyiapkan aplikasi peta potensi komoditas ekspor, (iMACE) sebagai alat bantu dalam pengambilan kebijakan.

"Pada masa seperti sekarang ini, ekspor produk dalam bentuk olahan menjadi pilihan terbaik. Lebih tahan lama, mudah mengemasnya dan bernilai tambah. Harapannya selain menambah devisa negara, tentunya berdampak bagi kesejahteraan petani kelapa," kata Jamil.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement