Kamis 09 Apr 2020 13:29 WIB

China:Rencana AS Akhiri Pendanaan WHO Bahayakan Dunia

China menilai rencana AS berhenti danai WHO akan berdampak serius

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Tenaga medis dan karyawan rumah sakit memindahkan mayat ke tempat penyimpanan sementara di kamar mayat di Pusat Rumah Sakit Brooklyn di Brooklyn, New York, AS, Senin (30/3).  China menilai rencana AS berhenti danai WHO akan berdampak serius. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE / JUSTIN LANE
Tenaga medis dan karyawan rumah sakit memindahkan mayat ke tempat penyimpanan sementara di kamar mayat di Pusat Rumah Sakit Brooklyn di Brooklyn, New York, AS, Senin (30/3). China menilai rencana AS berhenti danai WHO akan berdampak serius. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Pemerintah China menilai rencana Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri pendanaan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan berdampak serius. Tak hanya dapat memengaruhi organisasi itu secara langsung, langkah yang hendak dilakukan Washington juga merusak kerja sama internasional dalam melawan pandemi Covid-19.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian memberi komentar atas pengumuman AS tersebut. Ia mengatakan bahwa Negeri Tirai Bambu terus mendukung WHO dalam memimpin kolaborasi global memerangi pandemi. Selama ini, organisasi tersebut telah memainkan peran penting dalam penanganan wabah di seluruh dunia.

Baca Juga

Zhao juga mengutip pernyataan yang dikeluarkan dari Pernyataan KTT Pemimpin G20 mengenai Covid-19. Di sana, para pemimpin sepenuhnya mendukung dan berkomitmen untuk memperkuat mandat WHO dalam mengkoordinasikan perang internasional melawan pandemi.

Lebih lanjut, Zhao mengatakan China menghargai dan menyambut kerja sama lebih dari 90 pakar AS dan mantan pejabat untuk China dan AS untuk bekerja sama memerangi virus. Ia menekankan pentinganya semua negara saat ini saling mendukung satu sama lain dalam melewati tantangan.

Pemerintah China mengatakan pandemi adalah tantangan bersama bagi seluruh umat manusia. Karena itu, negara ini terus berharap agar dapat melanjutkan kerja sama dengan AS dan negara-negara lain untuk mengatasinya.

Dalam percakapan telepon antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump pada Februari dan Maret lalu, kedua pemimpin negara mencapai konsensus penting pada peningkatan kerja sama untuk mengatasi pandemi. Departemen kesehatan dan ahli pengendalian dan pencegahan penyakit dari kedua negara juga telah berkomunikasi dengan erat dan mengadakan konferensi video.

Zhao mengatakan banyak provinsi, kota, perusahaan, dan organisasi lain di China bekerja aktif untuk menyumbangkan pasokan medis ke AS. Ia menambahkan bahwa China mengambil langkah-langkah aktif untuk membantu pemerintah dan perusahaan AS untuk membeli pasokan untuk pengendalian dan pencegahan penyakit di China.

sumber : People
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement