Kamis 09 Apr 2020 15:01 WIB

Bagaimana Covid Menguliti Ketimpangan di AS

Warga kulit hitam terdampak paling parah Covid-19 di AS

Dalam foto 7 April 2020 ini, seorang pengendara kereta bawah tanah mengenakan topeng dan bandana untuk melindungi dirinya dari COVID-19 di New York. Ketika coronavirus memperketat cengkeramannya di seluruh negeri, virus itu memotong petak yang sangat merusak melalui populasi yang sudah rentan, orang kulit hitam Amerika
Foto: AP
Dalam foto 7 April 2020 ini, seorang pengendara kereta bawah tanah mengenakan topeng dan bandana untuk melindungi dirinya dari COVID-19 di New York. Ketika coronavirus memperketat cengkeramannya di seluruh negeri, virus itu memotong petak yang sangat merusak melalui populasi yang sudah rentan, orang kulit hitam Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Angka kematian akibat merebaknya Covid-19 masih terus menumpuk di Amerika Serikat. Kendati demikian, pendataan-pendataan terkini juga menunjukkan cerminan mengenaskan soal ketimpangan ekonomi di antara ras-ras di AS.

“Yang saya lihat kebanyakan di ruang tunggu adalah pasien berkulit hitam dan coklat. Para pekerja esensial dan pelayan publik yang tak punya kemewahan bisa tinggal di rumah. Mereka-mereka ini yang memenuhi klinik,” kata Uché Blackstock, seorang dokter di Brooklyn seperti dilansir the Verge, Kamis (9/4).

Data dari berbagai kota di AS juga menunjukkan bahwa warga kulit hitam dan hispanik adalah mayoritas dalam statistika mereka-mereka yang meninggal akibat Covid-19. Hal tersebut tak proporsional mengingat bahwa mereka adalah kelompok minoritas di AS. Sejumlah kota-kota yang paling terdampak di AS merupakan daerah dengan penduduk warga kulit hitam AS yang signifikan, seperti New Orleans, Detroit, dan New York. 

photo
Perawat membawa pasien di rumah sakit di Queens, New York, Selasa (7/4). Negara bagian itu mencatat jumlah kematian per hari paling tinggi, kemarin. - (AP)

Di Kota New York, the New York Times melansir bahwa kematian dua kelompok masyarakat tersebut dua kali lipat kematian mayoritas kulit putih. Datanya, ada 22 kematian per 100 ribu warga Hispanik dan 20 kematian per 100 ribu orang pada komunitas kulit hitam, dibandingkan 10 kematian per 100 ribu anggota komunitas kulit putih. Sedangkan di Chicago, di mana warga kulit hitam hanya 30 persen dari populasi, mereka menyumbang 70 persen kematian akibat Covid-19 dan 40 persen penularan.

Di Louisiana, dari 512 kematian yang tercatat, sebanyak 360 atau 70 persen yang meninggal dari etnis Afrika-Amerika. Padahal, jumlah penduduk kulit hitam di wilayah itu kurang dari sepertiga total jumlah penduduk.

Di Illinois, dari 12.262 kasus, hanya 29,4 persen berasal dari golongan Afrika-Amerika. Kendati demikian, persentase tersebut meningkat hampir dua kali lipat (42 persen) saat yang dihitung adalah kematian dari kalangan kulit hitam AS. Sementara, di Michigan yang hanya 14 persen dari total penduduk merupakan warga kulit hitam, sebanyak 41 persen kematian datang dari kalangan tersebut.

Para wali kota dan gubernur di AS tak bisa lagi menutup mata atas statistika yang mengkhawatirkan tersebut. “Jelas ada ketimpangan, disparitas yang sangat jelas bagaimana penyakit ini berdampak pada warga kota kita,” kata Wali Kota New York Bill de Blasio seperti dikutip the New York Times, kemarin.

Ia mengakui, hal tersebut tak ada hubungannya dengan genetika. Namun, lebih kepada bagaimana tatanan sosial di masyarakat AS selama ini. Menurut dia, komunitas Hispanik bisa jadi tak punya akses kesehatan yang dimiliki warga kulit putih karena retorika antiimigran di AS yang menggejala belakangan.

Bersama dengan kebanyakan warga kulit hitam, komunitas Hispanik juga menggantungkan hidupnya dari pekerjaan-pekerjaan informal dan pelayanan publik yang tak mungkin dikerjakan dari rumah seturut prosedur pembatasan sosial.  

photo
Seorang pekerja MTA mengenakan peralatan pelindung pribadi di stasiun Grand Army Plaza di wilayah Brooklyn di New York Selasa (7/4). - (AP)

Menurut Gubernur New York, Andrew Cuomo, bisa jadi hal itu jadi penyebabnya, selain bahwa mereka lebih rendah tingkat perawatan kesehatannya. “Mereka tak punya pilihan, sejujurnya, kecuali keluar rumah, menggunakan transportasi umum, dan terpapar virus, sementara kebanyakan kita punya pilihan tetap di rumah,” kata Cuomo.

Disparitas tersebut tak luput dari perhatian Gedung Putih. “Ini tantangan besar bagi bangsa kita. Kami ingin mencari apa alasan di balik hal tersebut,” kata Presiden AS Donald Trump terkait proporsi kematian Afrika-Amerika tersebut, Selasa waktu setempat. 

Dr Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS yang menjadi juru bicara pemerintah AS terkait Covid-19, juga mengkhawatirkan hal tersebut. Ia mengatakan, disparitas kesehatan telah membuat dampak wabah Covid-19 di AS terasa paling parah pada komunitas Afrika-Amerika. “Kami sangat risau tentang hal ini. Ini menyedihkan. Tak ada yang bisa kami lakukan saat ini kecuali memberikan mereka perawatan terbaik untuk menghindari komplikasi,” ujarnya saat mendampingi Presiden Trump. 

Diskriminasi terhadap minoritas kulit hitam dan Hispanik sedianya sudah lama jadi persoalan di Amerika Serikat. Meski gerakan sipil kesetaraan ras sudah lama berlangsung dan AS telah memiliki presiden dari ras kulit hitam, kenyataan di masyarakat ketimpangan masih terjadi.

Lembaga survei Economic Policy Institute mencatat, sejak 2000-2018 belum ada penyempitan berarti dari ketimpangan pendapatan antarras di AS. Warga Afrika-Amerika penghasilannya masih konstan hanya separuh dari warga kulit putih.

Faktor ini diakui David Williams, profesor kesehatan publik dari Universitas Harvard dalam komentarnya pada the Verge. “Jika kita lihat, Covid-19 memang paling berbahaya bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan. Hal itu yang nampak pada komunitas Afrika-Amerika. Tapi ini buka soal genetika. Ini kondisi sosial yang kita ciptakan. Mudah-mudahan ini jadi panggilan menyadarkan bagi Amerika,” kata dia. n

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement