REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kantor Stasistik Federal (FSO) Jerman mengungkapkan ekspor perekonomian terbesar di Eropa itu sempat tumbuh pada Februari lalu. Tapi karena virus corona, perdagangan dengan mitra dagang terbesar mereka yaitu China pun menurun.
Pada Kamis (9/4), FSO mengungkapkan ekspor Jerman pada bulan Februari naik 1,3 persen sementara impor turun 1,6 persen. Perdagangan surplus naik menjadi 21,6 miliar euro dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 18,7 miliar euro.
Kantor berita Reuters menggelar jajak pendapat terhadap para ekonom. Mereka memprediksi ekspor Jerman turun 0,9 persen dan impor turun 0,7 persen. Sementara surplus perdagangan hanya mencapai 17,5 miliar euro.
FSO melaporkan ekspor ke China pada tahun ini turun 8,9 persen. Begitu pula dengan impor China ke Jerman yang turun 12,0 persen.
Seperti kebanyakan negara lainnya di dunia, China adalah mitra perdagangan terbesar Jerman. Karena itu, pabrik-pabrik Jerman cukup tergantung dengan permintaan dan penawaran dari China.
Para ekonom memprediksi dampak virus akan membuat ekspor Jerman bulan Februari menurun dan mendorong kontraksi ekonomi yang tajam. Lembaga think tank Jerman mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia pada kuartal kedua tahun ini mungkin akan menurun sebanyak 9,8 persen.
Jika hal itu terjadi maka akan menjadi penurunan pertumbuhan ekonomi terbesar sejak catatan pertumbuhan ekonomi digelar pada 1970. Prediksi itu berdasarkan kebijakan pembatasan atau pengetatan yang diterapkan berbagai negara di seluruh dunia sebagai upaya pemerintah menahan penyebaran virus corona.
Bila prediksi think tank Jerman tersebut benar maka penurunan pertumbuhan ekonomi dunia kali ini lebih besar dua kali lipat dibandingkan kuartal pertama 2009, saat krisis finansial menghantam AS dan Eropa. Jerman sudah menutup diri selama beberapa pekan. Sekolah, toko, restoran dan gedung olahraga ditutup. Bisnis-bisnis non-esensial juga dilarang dibuka. Demi menahan penyebaran virus corona banyak perusahaan yang menghentikan operasi mereka.