REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai penerbangan Citilink terus mengembangkan layanan penerbangan tidak berjadwal (charter) dan kargo. Pengembangan tersebut sebagai upaya diversifikasi lini layanan bisnis di tengah lesunya penerbangan penumpang akibat pandemi Covid-19.
“Bisnis penerbangan charter dan kargo merupakan lini layanan bisnis yang dinilai cukup berpeluang di tengah situasi yang penuh tantangan saat ini,” kata Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (9/4).
Ia mengatakan kelancaran proses distribusi logistik merupakan hal yang sangat penting terutama saat masa krisis akibat Covid-19. Untuk itu, pihaknya berupaya mendukung proses distribusi logistik ke masyarakat melalui penerbangan kargo ke berbagai daerah sehingga ketersediaan pasokan logistik di daerah-daerah tetap terjamin.
Pengembangan layanan kargo dilakukan sebagai bentuk komitmen Perusahaan dalam meningkatkan volume bisnis kargo Citilink yang lebih kompetitif serta memaksimalkan potensi pasar kargo.
Kinerja bisnis kargo Citilink mencatatkan kinerja yang baik. Jumlah kargo yang diangkut pada periode Maret 2020 meningkat sebesar 13 persen dibandingkan Februari 2020.
Untuk periode April 2020, jumlah rata-rata kargo yang diangkut per harinya meningkat sebesar 61 persen dibandingkan Maret 2020.
Citilink juga menggunakan berbagai jenis pesawat untuk melayani kargo seperti pesawat Airbus A320 hingga pesawat berbadan lebar Airbus A330 ke berbagai destinasi di domestik dan internasional seperti Malaysia, Singapura dan Timor Leste. Dalam waktu dekat, Citilink juga akan mengoperasikan pesawat khusus kargo (freighter) Boeing 737-500 untuk memaksimalkan layanan kargo pada rute-rute domestik.
Selain pengembangan layanan kargo, Citilink juga mengembangkan bisnis penerbangan charter baik untuk charter penumpang (grup), charter pribadi (private) dan charter cargo di jaringan rute domestik maupun internasional. Pada Maret 2020 lalu, Citilink telah melayani penerbangan charter menuju Silangit, Sumatera Utara untuk rombongan Raja Belanda saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.