REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah dan Aisyiyah terlibat membantu penanganan wabah dengan menunjuk Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) untuk merawat pasien Covid-19. Diawali 20 unit, terus tambah jadi 35, bahkan kini 53 RSMA.
Semua RSMA itu berada di bawah koordinasi Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah. Mereka tergabung dengan majels dan lembaga lainnya dalam gugus tugas khusus yaitu Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).
Wakil Sekretaris MPKU PP Muhammadiyah, Ekorini Listiyowati menyampaikan, pada awal penunjukkan 20 RSMA sebenarnya tidak semua menyatakan siap. Ini karena kondisi RSMA di seluruh Indonesia beda kapasitas dan fasilitasnya.
Namun, kepada semua RSMA itu ditekankan kalau siap tidak siap, bukan RSMA yang memilih pasien tapi pasien yang memilih RSMA, jadi harus siap. Langkah itu kemudian dikuatkan lagi dengan mengoordinasikan direktur-direktur RSMA.
"Bersama komandan-komandan dan wakil-wakil MPKU wilayah di mana RSMA itu berada, kami berdiskusi dan bertukar banyak informasi tentang penanganan pasien Covid-19 ini," kata Ekorini.
Kendala terbesar yang dihadapi RSMA dalam penanganan pasien Covid-19 tidak lain kekurangan alat pelindung diri (APD). Ini merupakan masalah sama yang dihadapi semua RS milik pemerintah maupun swasta di Indonesia dan di dunia.
Ekorini menuturkan, banyak RSMA yang tidak siap dengan coverall dan face shield. Dalam perkembangan, segala macam APD mengalami kelangkaan dan lonjakan biaya, lalu disiasati dengan disusun proposal penggalangan dana.
MPKU turut mempersiapkan RSMA yang tangani Covid-19 dengan pelatihan khusus agar tenaga kesehatan siap. Mulai simulasi penanganan pasien, pemakaian dan pelepasan APD lengkap, rukti jenazah, dan teknik dekontaminasi ruangan.
Lalu, pelatihan pengambilan sampel swap tenggorokan, skrinning dan deteksi ini, pendampingan rohani dan pelatihan manajemen stres. Antisipasi, mereka lakukan pemeriksaan radiologi thorax sesuai indikasi, rapit test dan swab.
Ekorini menyampaikan, mereka turut menyiapkan surge capacity plan dengan menambah kapasitas ruang untuk layanan Covid-19. Yang mana, semula hanya punya 1-2 tempat tidur isolasi, sekarang sudah bertambah.
"Ada yang menjadi 5, 10 sampai 15 tempat tidur, dan antisipasi ini dilakukan karena merujuk pasien ke rumah sakit pemerintah dalam kondisi sekarang bukan perkara mudah karena kapasitas yang sudah penuh," ujar Ekorini.
Ia menambahkan, dalam menghadapi wabah Covid-19 ini seluruh RSMA meniadakan jam besuk pasien reguler untuk meminimalisir penyebarannya. Awal dilakukan, walau sempat dikomplain dari masyarakat, kebijakan itu sudah dapat dipahami.