REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian belum lama ini menunjukkan bahwa negara yang pernah mewajibkan penduduknya vaksin tuberkulosis atau BCG lebih kebal terhadap Covid-19. Namun, benarkah demikian?
Dilansir dari laman Euro News, Rabu (8/4), asumsi ini lahir saat melihat angka kematian di Spanyol dan Portugal. Berdasarkan laporan, Spanyol memiliki hampir 11 ribu kematian akibat coronavirus, sementara angka kematian Portugal hampir tidak melebihi 200 jiwa.
Perbedaan jumlah yang terlampau jauh tersebur karena ada perbedaan penggunaan vaksin dari kedua negara. Hal yang dimaksud bukan vaksin melawan COVID-19, melainkan vaksin tuberkulosis yang sudah berumur beberapa dekade.
Sebuah studi ilmiah baru menemukan korelasi antara negara-negara yang mewajibkan vaksin tuberkulosis atau yang juga disebut Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Hal ini dikaitkan dengan dampak dari coronavirus baru.
"Kami menemukan bahwa negara-negara tanpa kebijakan universal vaksinasi BCG (Italia, Belanda, AS) lebih parah terkena dampaknya dibandingkan dengan negara-negara dengan kebijakan BCG universal dan sudah lama ada," ujar salah satu peneliti yang terlibat dari Institut Teknologi New York, Gonzalo Otazu.
Otazu menjelaskan melaluinTwitter bahwa ada laporan bahwa vaksin BCG dapat menghasilkan perlindungan luas terhadap infeksi pernafasan. Hal ini dibandingkan dengan negara yang menerapkan vaksin BCG dan tidak.
"Kami melihat data negara-negara yang tidak pernah menerapkan vaksin BCG universal lebih terpukul oleh COVID-19, dengan jumlah kematian per kapita yang tinggi," ujar Otazu yang merupakan salah satu penulis dari studi tersebut.
Otazu memaparkan, Italia merupakan negara dengan jumlah kematian tertinggi dari COVID-19 dengan 13.915 kemarian. Italia tidak pernah secara universal menerapkan vaksinasi tuberkulosis. Sementara, Jepang melaporkan hanya 63 kematian akibat coronavirus dan mengambil tindakan terhadap ebijakan vaksinasi tuberkulosis universal.
Para peneliti juga membandingkan Iran dengan Jepang, dua negara yang telah menerapkan vaksinasi BCG universal, tapi pada waktu yang berbeda. Jepang memulai kebijakan vaksinasi BCG universal pada tahun 1947, sementara kebijakan Iran diberlakukan pada tahun 1984. Hasil perbandingan menyebutkan Jepang memiliki sekitar 100 kematian lebih sedikit dari Iran.
"Negara-negara yang terlambat memulai kebijakan BCG universal memiliki angka kematian yang tinggi, konsisten dengan gagasan bahwa BCG melindungi populasi lansia yang divaksinasi", tulis para penulis.
Penelitian juga menjelaskan perbedaan antara dampak coronavirus di Eropa Barat dan Eropa Timur, khususnya kebijakan vaksinasi TB universal tersebar luas di negara-negara bekas Uni Soviet (USSR). Negara bagian timur Jerman memiliki jumlah kasus COVID-19 yang lebih rendah per 100.000 orang. Hasil ini diperoleh menurut penghitungan nasional Institut Robert Koch Institute.