REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua ATP Andrea Gaudenzi mengaku ragu kejuaraan-kejuaran tenis bergengsi musim ini dapat dilanjutkan pada Agustus, setelah ditangguhkan sejak pertengahan Maret akibat pandemi Covid-19. Ia menegaskan, tidak seorang pun tahu kapan tenis dapat kembali dimainkan dalam kondisi aman sepenuhnya.
"Berbicara mengenai Agustus, September, November semua itu hipotesis. Kita tidak dapat membenturkan kepala ke tembok untuk sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi karena kita bisa saja baru bisa memulai kembali pada tahun depan," ucap Gaudenzi seperti dikutip AFP, Kamis (9/4).
Secara pribadi, Gaudenzi cukup optimistis musim kompetisi dapat kembali dilanjutkan pada Agustus. Menurutnya jika turnamen tenis dapat kembali digelar pada Agustus, maka mereka dapat menyelamatkan tiga ajang Grand Slam dan enam tunamen Masters 1.000.
Saat ini semua turnamen ATP dan WTA ditangguhkan sampai 13 Juli. Salah satu Grand Slam yakni Wimbledon harus dibatalkan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II. Sebelumnya, Grand Slam French Open diundur, yang biasanya dimainkan pada Mei sampai Juni menjadi September sampai Oktober.
Gaudenzi menuturkan bahwa idealnya ATP akan memainkan empat turnamen di lapangan tanah liat pada musim gugur setelah berlangsungnya US Open, yakni dengan memainkan turnamen di Madrid, Roma, dan French Open.
Digesernya jadwal French Open tanpa konsultasi dengan pemangku kepentingan tenis lainnya sempat membuat gusar banyak pihak. Meski demikian, Gaundezi mengatakan ATP tidak akan menjatuhkan sanksi terhadap French Open.
"Tenis memerlukan persatuan, Paris bertindak seperti itu karena ketakutan, mereka melakukan kesalahan. Namun mereka telah menyadarinya," kata Gaundezi.
Gaundezi juga menyatakan pihaknya tidak mengabaikan para petenis dan turnamen ATP dengan peringkat lebih rendah, dan menegaskan pihaknya juga mempelajari pendekatan finansial yang dapat diaplikasikan.
"Sistem kami solid. Ini bisa menjadi satu tahun tanpa tenis, tapi tidak lebih dari itu," kata dia yakin.
Saat ini, para petenis dunia menyiasati vakumnya turnamen dengan berlaga lewat game virtual.