Jumat 10 Apr 2020 19:20 WIB

Jamaah Tabligh dan Kesiapan India yang Dipertanyakan

Pemerintah India dinilai tak memiliki kesiapan mengatasi krisi global virus corona.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Jamaah Tabligh dan Kesiapan India yang Dipertanyakan. Foto: Anggota Jamaah Tabligh menunggu bus yang akan membawa mereka ke fasilitas karantina di Nizamuddin, New Delhi, India, Selasa (31/3). Jamaah Tabligh tetap menggelar pertemuan di tengah kekhawatiran meluasnya penyebaran virus corona.
Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Jamaah Tabligh dan Kesiapan India yang Dipertanyakan. Foto: Anggota Jamaah Tabligh menunggu bus yang akan membawa mereka ke fasilitas karantina di Nizamuddin, New Delhi, India, Selasa (31/3). Jamaah Tabligh tetap menggelar pertemuan di tengah kekhawatiran meluasnya penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sejumlah kalangan di India menganggap peliputan media terkait wabah corona atau Covid-19 yang terfokus pada Jamaah Tabligh menutupi kelemahan India di tengah pandemi global ini. Kelemahan ini meliputi kapasitas dan kesiapan India mengatasi krisis akibat wabah virus Covid-19.

Dilansir dari laman Daily Sabah, Jumat (10/4), kantor berita Press Trust of India melaporkan pada 13 Maret bahwa pejabat pemerintah di negara itu tidak menganggap wabah corona sebagai darurat kesehatan. Maka, tak heran Jamaah Tabligh itu tetap melanjutkan kegiatan mereka.

Baca Juga

Begitu pun di tempat-tempat ibadah lain. Kuil-kuil Hindu terus menggelar kegiatan yang mengundang kerumunan umat pada hari-hari sebelum lockdown. Sebuah kelompok Hindu pada pertengahan Maret bahkan mengadakan pesta minum air seni sapi untuk mempromosikan kencing binatang sebagai obat untuk wabah corona.

Sekelompok warga asal Malaysia yang ditahan di fasilitas karantina darurat New Delhi menyampaikan pengalamannya selama lockdown. Mereka harus tidur di lantai dan diberi makanan yang tidak bisa dimakan.

"Ini kamar kami di sekolah. Kami tidur di lantai. Kami bersama para pengkhutbah dari Filipina, Indonesia, dan Afrika," kata seorang warga Malaysia dalam video yang direkam dari telepon seluler.

Kasur katun tipis dapat terlihat terbaring di lantai bersama dengan tumpukan furnitur lama yang disimpan di koridor. Video lain menunjukkan lantai yang kotor dan dinding-dindingnya ternodai campuran pinang ataupun daun sirih.

Zafarul Islam Khan, editor surat kabar komunitas Milli Gazette, mengungkapkan, pemerintah tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membangun fasilitas karantina yang baik. Sekolah-sekolah ditutup sehingga gedungnya dapat digunakan sebagai tempat isolasi. "Mereka hanya mengirim orang ke gedung-gedung ini dan memberi mereka makanan pokok," kata Zafarul.

Zafarul menyadari orang-orang Jamaah Tabligh memang tidak peka terhadap situasi pandemi virus corona ini. Namun, ada contoh-contoh dari kelompok agama lain yang lebih buruk melakukan pelanggaran. Pada akhirnya pelanggaran ini menjadikan Muslim sebagai kambing hitam.

Media India, yang nyaris tidak melewatkan kesempatan untuk terlibat dalam retorika anti-Muslim, sedang memanaskan kontroversi Jamaah Tabligh dengan menghadirkan narasi yang menyalahkan umat Islam atas penyebaran wabah corona di India. Penghasutan media telah menyebabkan Muslim dilecehkan dan diserang di banyak belahan India.

"Sekarang pemerintah dan media digunakan untuk mencemarkan nama baik Muslim dan Islam. Partai Hindutva yang berkuasa jelas menargetkan Muslim," tutur Khan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement