REPUBLIKA.CO.ID, PORT HARTCOURT— Komunitas Muslim di negara bagian Rivers, Nigeria, merasa keberatan dengan kebijakan yang dikeluarkan Gubernur Nyesom Ezenwo Wike yang melonggarkan pembatasan pada pertemuan-pertemuan keagamaan.
Dalam sebuah siaran nasional, Wike mengumumkan kelompok-kelompok agama diizinkan mengadakan pertemuan penuh seperti untuk kebaktian Jumat Agung dan Minggu paskah.
Namun demikian, seorang tokoh Muslim yakni Alhaji Nasir Uhor menilai kebijakan mengizinkan pertemuan keagamaan secara penuh selama dua hari dapat menyebabkan peningkatan jumlah kasus wabah virus corona di negara bagian itu.
“Saya tak mengerti, Gubernur punya statistik yang menginformasikan keputusannya melonggarkan pembatasan pada pertemuan Jumat dan Minggu. Dia punya informasi dan kecerdasan. Jika saya melihatnya dari sudut pandang pribadi, negara baru saja mencatat kasus virus corona kedua. Sekarang jika ada kasus kedua, maka ada ruang untuk yakni bukannya menurun justru meningkat," kata Uhor seperti dilansir Leadership Nigeria pada Jumat (10/4).
“Mengapa kita sekarang berkumpul ketika kasus virus meningkat? Mengapa ketika itu meningkat adalah ketika kita membuka diri? Saya tidak memiliki informasi yang mereka miliki, tetapi akal sehat mengatakan bahwa jika kami telah merekam kasus lain, itu berarti bahwa alih-alih penangguhan yang santai, kami harus melakukan segalanya untuk memperkuatnya," katanya.
Dia menyatakan apa yang terjadi jika ada penyebaran virus selama dua hari ini? Bagaimana jika ada kontak besar dalam periode ini? “Bagaimana kita bisa mendeteksi kasus baru? Saya tidak melihat kebijaksanaan dalam keputusan itu,” ujar dia.
Pemerintah, kata dia, mungkin tahu yang terbaik dan dirinya tidak bisa berbicara untuk pemerintah tetapi dirinya juga tidak bisa menjamin nyaman dengan keputusan semacam itu.
“Jika mereka puas bahwa negara sekarang bebas dari virus, mereka juga dapat mengangkat pembatasan dan memungkinkan kita melanjutkan pertemuan keagamaan normal kita dan berdoa untuk negara," katanya. Andrian Saputra