Jumat 10 Apr 2020 22:12 WIB

Virus Corona Tantangan Besar Bagi Dokter Muda

Kondisi ini pun membuat petugas medis, termasuk Vigil semakin merasa tertekan.

Rep: Dwina Agustin/reuters/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ilustrasi Melawan Virus Corona
Foto: MgIt03
Ilustrasi Melawan Virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID,MADRID -- Bagi dokter-dokter muda seperti Christian Vigil yang berusia 26 tahun, berjuang di garis depan melawan virus corona adalah perjalanan kembali ke masa ke masa yang hampir tidak dapat mereka bayangkan. Kondisi saat ini membuat mereka menduga-duga dalam memberikan pengobatan pada pasien.

"Kami merasa seperti dokter seabad yang lalu ketika kami tidak memiliki antibiotik," kata Vigil yang bekerja dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Octubre 12 Hospital Madrid, Spanyol.

Vigil seperti dokter dan perawat lain dari generasinya, berlatih di era ketika kedokteran berada di puncak kejayaan. Ilmu kedokteran berada dalam wadah besar berbagai macam perawatan dan peralatan yang menyelamatkan nyawa.

Sekarang, mereka diberi pelajaran serius tentang batas-batas yang dihadapi. Virus corona membuat mereka sadar dengan kasus yang nyatanya sangat sulit dihadapi. "Perasaan bahwa Anda tidak dapat menawarkan pasien apa pun, dan bahwa Anda memiliki begitu banyak pasien dengan penyakit ini, membuat frustrasi. Ini adalah impotensi yang tidak biasa kita alami," kata Vigil yang harus merasakan waktu kerja lebih dari 24 jam.

Setelah berbulan-bulan dari kasus pertama ditemukan di Wuhan, Cina, belum ada vaksin untuk virus corona dan obat menyembuhkan penyakit Covid-19. Meskipun sebagian besar orang yang terinfeksi sembuh, kematian melonjak di seluruh dunia. Spanyol telah kehilangan lebih dari 14.500 warga, korban terbesar kedua di dunia.

Bagi yang dinyatakan positif, pasien harus menjalani isolasi dan hanya bisa berinterkasi dengan staf medis. Kondisi ini pun membuat petugas medis, termasuk Vigil semakin merasa tertekan.

"Perasaan ketika Anda menyadari tidak ada lagi yang dapat Anda lakukan adalah sangat sulit, terutama dengan seseorang yang mulai Anda kenal," kata Vigil ketika melihat seorang wanita berusia 70 tahun yang sekarat.

Saat ini para petugas medis muda berjuang melawan penyakit menular yang sering kali tidak dapat diobati dan membunuh pada tingkat yang belum pernah dilihat. Mereka menempatkan diri dalam kondisi darurat yang biasanya dihadapi dalam konflik atau bencana alam. Beban kerja yang berat dan takut menulari orang lain saat mereka pergi kerja menambah ketegangan.

"Beberapa perawat ini berusia awal dua puluhan," kata konsultan dokter dalam pengobatan pernafasan di Kent, Inggris, Rahuldeb Sarkar.

Dokter berusia berusia 42 tahun ini menyatakan, peristiwa saat ini membuat dokter senior kewalahan, terlebih lagi bagi yang muda. Kondisi yang ditimbulkan akibat penyebaran virus corona akan memberikan pengaruh pada petugas medis muda di masa depan.

Dengan krisis virus corona yang meningkatkan, membuat kapasitas untuk tempat perawatan intensif dan ventilator langka. Dokter pun menghadapi dilema yang mengerikan, termasuk siapa yang akan diprioritaskan dengan sumber daya terbatas.

"Sebagai dokter muda, keputusan ini sulit, bahkan ketika Anda tidak sendirian," kata dokter berusia 27 tahun di Rumah Sakit Epicura di Boussu, Belgia, Joyce Scholtens.

Rumah sakit tempat Scholtens bekerja, dokter yang berpengalaman melakukan pekerjaan besar. Namun, pekerjaan besar itu berdasarkan penilaian dari kolega yang lebih muda terlebih dahulu. "Kami berusaha sangat keras. Itu benar-benar menggerakkan kita dan itu membuat kita berkembang," kata Scholtens.

Tekanan yang besar bagi petugas medis muda memang tidak mudah, mereka mencoba mengalihkan diri ketika sedang beristirahat. Mencari kegiatan yang bisa menyegarkan pikiran di tengah kondisi mendesak, seperti membaca, menonton serial televisi, hingga berbagi kabar dengan keluarga di kampung halaman. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement