Sabtu 11 Apr 2020 07:17 WIB

PVMBG: Tak Ada Peningkatan Ancaman Gunung Anak Krakatau

Aktivitas erupsi Anak Krakatau tidak menghasilkan dentuman atau gemuruh

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat.
Foto: Kementerian ESDM
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, menyatakan, tak ada peningkatan ancaman Gunung Anak Krakatau hingga Jumat (10/4). Gunung Anak Krakatau masih tetap pada level II atau waspada.

"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental serta potensi bahaya G Anak Krakatau selama Januari hingga 10 April 2020, tidak ada peningkatan ancaman," ujar Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat pada PVMBG, Dr Nia Haerani, dalam siaran persnya, Sabtu (11/4).

Ia menjelaskan, pascapenurunan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II) pada 25 Maret 2019, aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau berfluktuasi. Selama Januari hingga Maret 2020 aktivitas erupsi masih terjadi. Erupsi terjadi tidak menerus.

Ia melanjutkan, berdasarkan data pengamatan visual selama Januari 2020 terjadi empat kali erupsi pada tanggal 17 dan 15. Erupsi itu menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu dengan tinggi maksimum 500 meter dari atas puncak.

Kemudian, pada 6 hingga 11 Februari 2020, terjadi rangkaian erupsi menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian maksimum 1.000 meter dari atas puncak. Selama Maret 2020 erupsi terjadi dua kali erupsi pada 18 Maret 2020, menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu setinggi kl 300 meter dari atas puncak. 

Ia menuturkan, saat tidak terjadi erupsi, teramati hembusan asap berwarna putih tipis dengan tinggi maksimum 150 meter dari atas puncak. Sementara Jumat (10/4) kemarin, terjadi dua kali erupsi, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu tebal setinggi kl 500 meter dari atas puncak, diikuti dengan erupsi menerus tipe strombolian.

"Tidak terdengar suara gemuruh atau dentuman akibat erupsi," kata Nia.

Sementara itu, menjelang dan selama erupsi, gempa-gempa vulkanik masih terekam dengan jumlah yang belum signifikan, menunjukkan masih terjadinya suplai magma ke kedalaman yang lebih dangkal.

"Pengamatan deformasi dengan tiltmeter berfluktuasi dan menunjukkan gejala kenaikkan yang tidak signifikan sejak 5 April 2020 hingga kejadian erupsi pada 10 April 2020 pukul 22:35 WIB, diduga akibat energi yang relatif tidak terlalu besar," ujar Nia.

Dengan demikian, berdasarkan data kegempaan dan deformasi menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih berfluktuasi. Suplai fluida dari kedalaman masih terjadi. Jenis fluida pada rangkaian erupsi Januari hingga Maret 2020 diduga didominasi oleh gas/uap air.

Sedangkan erupsi pada 10 April 2020 material batuan pijar sudah terbawa ke permukaan dengan intensitas yang belum  signifikan, jauh lebih kecil dibandingkan rangkaian erupsi pada periode Desember 2018-Januari 2019.

Kendati demikian, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius dua kilometer dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe Strombolian saat ini, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah (masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan). Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar.

Nia mengimbau masyarakat maupun pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah/puncak Gunung Anak Krakatau atau di sekitar kepulauan Anak Krakatau. Sedangkan area wisata Pantai Carita, Anyer, Pandeglang dan sekitarnya, serta wilayah Lampung Selatan masih aman dari ancaman bahaya aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement