REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad Son merupakan nama setelah menjadi mualaf sejak 2018 lalu. Memiliki nama asli Son Ju Yeong pria berusia 36 tahun kini mengabdikan dirinya untuk berdakwah di Ansan, salah satu kota tersibuk di Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.
Berdakwah kini telah menjadi tujuan hidup satu-satunya. Tak hanya di Korea, dia juga ingin bepergian ke negara negara lain di dunia, termasuk Indonesia.
Setelah hijrah, dia berusaha untuk terus belajar ilmu agama dan mengaji Alquran. Hampir seluruh hidupnya kini dihabiskan di Masjid Sirathal Mustaqim, Ansan.
Seusai beraktivitas harian di masjid, ketika pulang ke rumah dia pun menyempatkan waktu belajar iqra bersama sang istri. Setelah mualaf, Son memutuskan untuk bertaaruf dan menikah dengan wanita asal Indonesia yang telah lama menarik hati.
Namanya Ika Listianingsih, janda dua anak asal Purwodadi ini kini menjadi pendamping hidup Son. Mereka menikah 29 Desember 2018 seusai shalat Maghrib di Masjid Ansan
Sebelum memeluk Islam, sejak kecil keluarga Son merupakan keluarga yang non-Muslim yang taat beragama. Kegelisahan menghinggapi hati di saat merasa ada ketidakyakinan dengan tradisi agama yang dijalani selama ini. Sehingga, dia memilih tak lagi percaya dengan agama tersebut dan menjalani hidup tanpa agama.
"Saya merasa tidak nyaman dengan keimanan yang ada. Saat kuliah di Indonesia pun tidak rajin, intinya main-main saja," jelas dia kepada Republika.co.id, sebagaimana dikutip dari Harian Republika.
Son mengenal Islam sudah sejak lama, jauh sebelum dia memeluk agama tersebut. Tepatnya saat kuliah di Medan. Selain kuliah, dia belajar bahasa Indonesia dan berteman dengan warga Indonesia Muslim.
Namun, perkenalannya dengan Islam tak mampu untuk melembutkan hatinya menerima Islam, Dia justru memiliki pemikiran negatif tentang agama ini.
"Dengan kesabaran teman-teman saya (orang indonesia) seperti Kang Hari, Teh Lela, Mas Acong, dan Mas Asep terus mengajarkan saya tentang hakikat Islam. Subhanallah," ujarnya.
Selama 16 tahun dia menjalani hidup tanpa agama. Namun, tetap yakin adanya tuhan di dalam hatinya. Setelah menemukan Islam dan mengetahui ajarannya, dia percaya bahwa Tuhan hanya satu, yaitu Allah SWT.
Awalnya dia ingin memeluk Islam setelah bertemu wanita Muslim yang yakin akan menikahinya. Namun, takdir Allah berkata lain, Son yang rutin datang ke masjid Ansan dan mengikuti kajian dan melihat Muslim shalat diajak berbicara oleh Ustaz Evie Effendi. Saat itu dia sedang ke Korea untuk mengisi kajian.
Son didampingi Imam masjid asal Indonesia Ustaz Faisal Kunhi dan Imam Bangladesh Imam Mumtaz. Ada juga teman-teman Muslim yang berdialog terkait keislaman. Kajian seusai sholat Maghrib itu menjadi momentum baginya meneguhkan jalan hidup yang harus dilalui.
Mulanya dia agak ragu dan masih takut untuk mengucapkan syahdat, tetapi setelah mendapatkan beberapa saran, lelaki Korea ini memantapkan hati untuk bersyahadat di Masjid Ansan tepat sebelum azan shalat Isya berkumandang, Juni 2018. Tepat tujuh bulan setelah dia tertarik untuk mempelajari agama Islam.
"Saya merasa lebih tenang. Meski sering diuji, saya percaya akan bahagia dalam agama Islam," ujarnya. Memang setelah menjadi mualaf, Son berkomitmen untuk menjalani ajaran Islam dengan taat. Tak terkecuali sholat lima waktu yang menjadi tiang agama.
Namun, di negara minoritas Islam, seperti Korea, perusahaan sering kali tidak memberikan keleluasaan bagi pegawainya untuk beribadah. Dia harus dipecat dari tempatnya bekerja karena sering meminta izin untuk sholat tepat waktu. Son meyakini pilihan Allah selalu lebih baik. Kini dia justru menjadi pengurus masjid. Tentu lebih bebas untuk menjalankan sholat lima waktu berjamaah meski keadaan ekonominya belum sebaik dulu.
Di Korea saat ini, 50 persen penduduknya atheis, dan 90 persen penduduknya non-Muslim. Sehingga, belum banyak yang tertarik dengan Islam. Sebagai orang Korea dia perlu banyak bercerita dan mengurangi kesalahpahaman tentang Muslim dan Islam. Setelahnya, dia optimistis orang Korea akan semakin mencari tahu.
"Jika Anda ingin memeluk islam atau baru masuk Islam, dan Anda sungguh-sungguh ingin hijrah dan yakin kepada Allah SWT, bergaulah dengan teman saleh salehah. Menurut saya, paling penting adalah lingkungan, tidak usah takut dan tidak usah khawatir sama teman sebelumnya, Allah SWT akan memberikan teman lebih baik bagi Anda," pesannya kepada teman korea dan orang yang akan menjadi mualaf.
Kini di keluarganya tak hanya Son sendiri yang menjadi mualaf, keistiqamahan dan hidupnya yang menjadi lebih baik membuat kakak sepupunya tertarik dengan Islam. Kini kakak sepupunya pun menjadi Muslim.
Bisnis restorannya berubah. Tak lagi menyajikan menu babi dan minuman yang memabukkan. Terakhir, dia berharap ayah dan ibunya dapat memeluk Islam dan bersama-sama meraih surga Allah.