REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Presiden Ekuador Lenin Moreno mengumumkan pembentukan akun bantuan kemanusiaan, Jumat (10/4). Bantuan ini akan didanai dengan kontribusi dari perusahaan dan warga negara untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi virus corona.
"Pandemi menimpa kami pada saat yang kritis, ketika kami mencoba untuk maju setelah krisis ekonomi yang sangat sulit. Itu menghantam kita tanpa satu sen pun di rekening negara," kata Moreno dalam pidato yang disiarkan televisi.
Akun bantuan kemanusiaan sebagian akan didanai dengan kontribusi lima persen dari laba perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu juta dolar AS. Uang itu akan digunakan untuk membiayai perusahaan kecil yang membutuhkan modal.
Dana lainnya akan berasal dari kontribusi progresif berdasarkan pendapatan bulanan pekerja selama sembilan bulan. Kontribusi akan diperuntukkan bagi mereka yang berpenghasilan lebih dari 500 dolar AS per bulan.
"Jadi mereka yang berpenghasilan lebih rendah, membayar lebih sedikit dan mereka yang berpenghasilan lebih banyak, membayar lebih banyak. Dengan kontribusi mereka, kami akan dapat melindungi hampir dua juta keluarga miskin di Ekuador," kata Moreno menjelaskan.
Turunnya harga minyak dan pandemi telah menciptakan masalah likuiditas bagi negara tersebut. Ekuador pun menghadapi krisis di sektor minyak karena pecahnya dua jalur pipa.
Moreno menambahkan, akan mengajukan paket reformasi ke Majelis Nasional. Paket ini berguna untuk menghindari pengusiran karena keterlambatan membayar sewa, cakupan kesehatan dalam jaminan sosial, dan perluasan asuransi pengangguran.
Negara itu, menurut Moreno, akan menerima pembiayaan multilateral baru untuk memberikan kredit kepada perusahaan yang membutuhkan likuiditas dalam kondisi khusus, tanpa memerinci jumlahnya. Moreno mengulangi strateginya untuk merestrukturisasi utang luar negeri yang katanya melebihi 65 miliar dolar dolar AS dan akan mencakup perjanjian untuk mengurangi pembayaran.
Ekuador melaporkan lebih dari 2.196 infeksi baru dalam satu hari pada Jumat, meningkatkan jumlah menjadi 7.161. Menurut data pemerintah, sekitar 297 telah meninggal dan 311 lainnya kemungkinan akan terbunuh oleh virus. Pemerintah telah mengatakan kematian bisa mencapai 3.500 karena wabah di Provinsi Guayas, yang merupakan penyumbang 70 persen dari infeksi.