Sabtu 11 Apr 2020 17:38 WIB

Jokowi Disarankan Ajak SBY dan Tokoh Bangsa Lainnya Berembuk

Makin mengganasnya Covid-19 harus menjadi momentum menyatukan elemen bangsa.

Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Republika/Mardiah
Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Makin mengganasnya pandemi corona jenis Covid-19 seharusnya menjadi momentum bagi Presiden Jokowi utuk menyatukan seluruh elemen kekuatan bangsa. Kondisi sekarang jangan sampai justru menjadi awal keretakan persatuan bangsa.

Hal ini disampaikan peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah. “Sekarang saat yang tepat Presiden Jokowi mengundang sejumlah tokoh masyarakat, agama, akademisi, politisi  dan pihak terkait lainnya ke Istana untuk semacam rembuk nasional,” kata Toto dalam pernyataannya melalui whatsapp-nya kepada republika.co.id, Sabtu (11/4).

Jika Presiden Jokowi ingin happy ending di periode kepemimpinannya, menurut Toto, sekarang adalah waktu yang tepat. Menurut Toto, Presiden Jokowi harus membangun legacy kemanusiaan yang bisa dikenang sepanjang hayat bangsa ini. "Bahwa dibawah kepemimpinan beliau, ancaman covid 19 yang mengerikan itu berhasil diatasi dengan menekan angka korban dan kematian,” kata Toto.

Meskipun, lanjut dia, untuk dikenang  seperti itu tidak mudah, karena banyak juga negara yang kewalahan menghadapi covid 19 ini. Paling tidak, kata Toto, Presiden Jokowi sudah membangun pondasi awal yang kokoh dengan mengundang semua elemen bangsa, untuk diminta saran dan pendapatnya serta diyakinkan untuk perang bersama melawan virus misterius ini.

Dalam kontek inilah, menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, Jokowi jangan membiarkan dan dibiarkan dirinya bekerja sendiri. Melawan corona ini butuh semangat kebersamaan.  "Dan komando ada pada dirinya,” kata Toto.

Jokowi hanya perlu meyakinkan semua elemen bangsa agar setia berada di belakangnya. Bukan dibiarkan rakyat dan elemen lain jalan sendiri. "Apalagi dengan mempertontonkan kebijakan pusat yang tidak kompak antar satu lembaga dengan lembaga lainnya,” paparnya.

Komando presiden sulit untuk jalan dan didengar rakyat. jika para pembantu Jokowi juga tidak kompak. Disinilah leadership seorang presiden diuji agar roda pemerintahan bisa berjalan efektif dan on the track.

"Jangan dibiarkan kesan menteri yang satu kemana, menteri yang lainnya berjalan kemana. Apalagi dalam kontek pentingnya memilih kebijakan cerdas saat darurat,” ungkap Toto.

Dalam pengamatan Toto, belakangan ini muncul kesan disharmoni  antarlembaga pemerintah, karena berbagai kebijakan blunder yang kontra produktif. Salah satunya, telegram Kapolri yang meminta aparat kepolisian di bawahnya untuk menindak tegas dan mempidanakan rakyat yang menghina presiden dan pejabat negara.

Telegram tersebut,  kata Toto, semangat awalnya terkesan seperti ingin melindungi nama baik presiden. Tapi, pada praktinya sangat berpotensi merusak nama baik presiden. Hal itu karena pasal penghinaan presiden rawan disalahgunakan untuk membungkam para pengeritik presiden dan para pembantunya.

"Padahal, di tengah kondisi darurat seperti sekarang, pemerintah  justru harus mampu membangun semangat kebersamaan. Salah satunya, dengan memberi ruang terbuka untuk hidupnya aneka masukan dan kritik publik, bukan malah membungkamnya" ungkapnya.

Jokowi harusnya diberi kesempatan untuk dikenang sejarah sebagai presiden yang bukan saja berhasil mengatasi ganasnya corona, tapi juga dicatat sejarah sebagai pemimpin yang setia dan konsisten merawat demokrasi.

"Para pembantu presiden harus ikut andil agar Pak Jokowi tidak berakhir 'suul khotimah' atau buruk di akhir kepemimpinannya. Kalau pada saat awal beliau lengket dengan atribut sipil pembawa angin segar demokrasi, maka pada akhir kepemimpinannya harus dijaga jangan sampai dicatat sejarah sebagai presiden yang merusak demokrasi," ungkapnya.

Dalam kaitan inilah,  kata Toto, wajar jika mantan presiden SBY, yang selama ini dikenal pendiam, kemudian membuaat siaran pers. Isi siaran pers itu berisi statemen ajakan dan peringatan yang cukup keras dan tegas. "Buat saya ini salah satu bentuk tanggung jawab sekaligus kasih sayang seorang tokoh bangsa, yang juga mantan presiden, terhadap keadaan yang sedang melanda bangsa saat ini. Mari kita respon sikap SBY itu dengan jernih. Dan ciptakan ruang terbuka untuk masukan masukan seperti itu," tandasnya.

Untuk itulah, Toto  menyarankan Presiden Jokowi untuk segera mengundang para tokoh tersebut, mulai dari SBY, Megawati, pimpinan Ormas, tokoh agama, akademisi, aktivis dan para pimpinan parpol untuk duduk bersama merespon keadaan buruk yang sedang melanda bangsa ini.

"Tentu, teknisnya bisa lewat teleconference dan lain-lain sejauh tetap mengikuti protokol covid 19. Adapun nama forumnya, bisa 'Rembuk Nasional', bisa 'Silaturahmi Nasional' dan lain lain. Intinya, bagaimana wabah covid 19 ini justru menjadi blessing atau berkah yang membuat bangsa ini makin bersatu," ungkap Toto.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement