REPUBLIKA.CO.ID, Kalimat tahmid atau alhamdulillah mempunyai banyak keutamaan. Baik keutamaan yang disebutkan dalam Alquran ataupun hadits.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, menjelaskan kata tahmid tersebut dari Alquran dan hadits. Ada beberapa ayat dan hadits menekankan keutamaan membaca alhamdulillah.
Di antaranya Allah SWT sendiri memerintahkan penyebutan alhamdulillah kepada Nabi Muhammad SAW: "Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah (alhamdulillah) yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya." (QS Al Isra'[17]:111).
Hal yang sama juga diperintahkan kepada nabi-nabi dan kekasih-Nya yang lain, seperti Nabi Nuh (QS Al Mu'minun [23]:28), kepada Nabi Ibrahim (QS Ibrahim [14]:39), kepada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman (QS Al Naml [27]:15), Luqman (QS Luqman [31]:210), dan para penghuni surga (QS Al A'raf [7]:43).
Dalam hadits juga ditemukan beberapa kemuliaan lafal tahmid ini, di antaranya ialah riwayat Imam Muslim dari Abi Hurairah Rasulullah SAW mengatakan jika seorang hamba membaca: "Alhamdu lillahi Rabbil'alamin maka Allah SWT menjawab: "Hamba-Ku memuji diri-Ku", jika hamba membaca: Arrahmanirrahim, maka Allah SWT menjawab: "Aku memuji hamba-Ku". Jika hamba membaca: Maliki yaumiddin Allah SWT menjawab: "Hambaku memuliakan- Ku". Jika hamba membaca: Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in maka Allah SWT menjawab: "Inilah antara Aku dan hamba-Ku, dan baginya pertolongan-Ku". Jika hamba membaca: "Ihdinashshirathal mustaqim", maka Allah SWT menjawab: "Ini untuk hamba-Ku dan apa pun yang dimohonkannya".
Dalam hadits lain dikatakan: "Tidak ada sesuatu yang paling aku sukai dari hamba-Ku kecuali mengucapkan "alhamdulillah", karena itu aku selalu memuji-Nya dengan selalu membaca alhamdulillah.
Sehubungan dengan hadits terakhir ini, sejumlah ulama fikih sangat menganjurkan bagi setiap orang, terutama bagi para imam yang memimpin sholat, untuk berhenti pada setiap pemberhentian surat Al Fatihah karena di dalam pembacaan surat ini terjadi dialog spiritual antara hamba yang sedang shalat dan Tuhannya. Di luar sholat seperti dalam keadaan berdoa dan tadarus dibolehkan menyambung bacaan tanpa berhenti di tanda pemberhentian
Kitab-kitab tafsir dan tasawuf banyak membahas keistimewaan tahmid. Di antaranya dalam kitab Tafsir Arais al-Bayan fi Haqaiq al- Qur'an dikutip begitu banyak kemuliaan lafal tahmid ini. Ia mengutip sebuah hadits qudsi dari Abu al-Wazir al-Rukbi: "Seandainya ham ba-Ku mengerti makna alhamdulillah Rabbil ‘alamin maka mereka tidak akan memuji dan takjub kepada siapa pun dan apa pun selain diri-Ku".
Dalam kitab Tafsir Anwar Al Tanzil wa Asrar Al Ta'wil Rasulullah SAW dikutip mengatakan: “Sesungguhnya satu kaum dipastikan akan diturunkan suatu azab karena ulahnya. Namun, anak-anak mereka mengucapkan kalimat dari kitab Alquran: “Alhamdulillahi Rabbil’alamin, maka Allah SWT mengangkat azab itu untuk jangka waktu 40 tahun."
Inilah dasarnya mengapa kalangan ahli tarekat selalu mengijazahkan wirid berupa pengucapan kalimat tahmid (alhamdulillah) kepada para muridnya, di samping tentunya kalimatkalimat suci lain.
Kalimat tahmid juga sesungguhnya menyatakan kesyukuran secara formal seorang kepada hamba. Itulah sebabnya setiap sehabis makan atau menikmati karunia Allah SWT di anjurkan untuk mengucapkan lafal alhamdulillah.
Begitu mulianya kalimat tahmid ini maka dalam kitab Tafsir Jawahir al-Tafsir disebutkan sebuah riwayat yang mengatakan semua makhluk selalu mengucapkan: "Alhumdulillahi Rabbil’alamin (Segala puji hanya bagi Allah Tuhan sekalian alam).
Pernyataan ini sejalan dengan ayat: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun". (QS al-Isra'[17]:44).
Keutamaan lafal alhamdulillah bisa juga dilihat dengan penyebutan kata itu berulang kali di dalam Alquran. Tidak kurang 25 kali lafaz itu secara utuh disebutkan dalam Alquran.
Termasuk beberapa kali di antaranya diawali dengan lafal perintah untuk membaca kalimat itu, sebagaimana dapat dilihat dalam ayat-ayat di atas. Sebuah perintah yang disampaikan dalam redaksi khusus Allah SWT, seperti sejumlah doa, dianggap para ulama sesuatu yang mengandung nilai lebih. Allahu a'lam.