REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI— Presiden Iran, Hassan Rouhani, mendesak warganya mematuhi protokol kesehatan terkait virus corona saat aktivitas ekonomi "berisiko kecil" kembali beroperasi di sebagian besar negara tersebut pada Sabtu (11/4), demikian laporan Kantor Berita IRNA.
Apa yang disebut bisnis berisiko kecil akan bangkit kembali di seluruh negara mulai Sabtu kecuali ibu kota Teheran, yakni pada 18 April. Iran merupakan negara Timur Tengah yang paling parah terdampak penyakit pernapasan Covid-19 yang sangat menular.
"Pelonggaran pembatasan bukan berarti mengabaikan protokol kesehatan, menjaga jarak sosial dan protokol kesehatan lainnya harus diperhatikan oleh warga secara saksama," kata Rouhani.
Republik Islam itu telah berjuang menekan penyebaran infeksi namun pemerintah juga khawatir bahwa langkah-langkah untuk membatasi kehidupan publik dalam menekan virus corona dapat menghancurkan ekonomi yang telah terbebani oleh sanksi.
Juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabeie, mengatakan dalam penutupan jangka panjang, sekitar 4 juta orang akan kehilangan pekerjaan.
"Empat juta pekerja nonpemerintah menghadapi pemberhentian atau pengurangan kegiatan, pemotongan gaji serta pemecatan."
Otoritas kesehatan kerap mengeluhkan bahwa banyak warga Iran yang mengabaikan imbauan untuk tetap di rumah saja, memperingatkan soal gelombang kedua wabah di Iran, yang mencatat 4.232 korban tewas, dengan kasus Covid-19 sebanyak 68.192 secara keseluruhan.