REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan gelandang tengah Tottenham Hotspur, Jamie O'Hara mengkritisi keputusan yang dilakukan manajemen the Lillywhites. Ini terkait penggunaan uang publik untuk membayar beberapa staf yang tak bermain selama pandemi virus corona.
"Ini mengecewakan dari Spurs, mereka memiliki pemilik miliarder," tegas O'Hara dikutip Sky Sport, Sabtu (11/4).
Klun asal London Utara, mendapat reaksi negatif dari publik setelah 550 karyawan yang tidak bekerja, alias dirumahkan selama masa karantina. Praktis, mereka akan menerima pemotongan gaji sebesar 20 persen untuk bulan April dan Mei.
Hal itu, berbeda dengan para pemain Tottenham. Harry Kane dan kolega nantinya masih akan menerima upah yang sama meski kompetisi Liga Primer Inggris telah ditangguhkan.
Alhasil, O'Hara tak mampu menahan rasa kecewa kepada mantan klubnya. Ia merasa aneh jika perbuatan itu tetap dilakukan oleh klub sebesar Tottenham. Tim yang baru saja mencapai final Liga Champions musim lalu, dan kerap langganan masuk posisi empat besar klasemen Liga Inggris dalam beberapa musim terakhir.
"Mereka adalah klub besar. Jika biaya mereka 500 rribu pounds sebulan untuk menjaga staf mereka ada di sana dengan gaji penuh, maka jika situasi ini berlangsung selama tiga bulan Anda berbicara tentang £ 1,5 juta. Jadi, apakah layak merusak reputasi, yang bersifat global, untuk biaya sebesae itu ketika klub begitu menguntungkan?," sambung O'Hara.
Di sisi lain, manajemen klub mengungkapkan apabila mereka akan terus meninjau posisi mereka dalam mengambil keputusan setelah adanya desakan dari para pendukung terhadap Pemilik Spurs, Daniel Levy untuk mengikuti langkag yang dibuat Liverpoil dengan membatalkan skema furlough mereka.