REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pasangan ganda putra Indonesia bercokol di pucuk klasemen peringkat bulu tangkis dunia. Peringkat satu ada Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, tepat satu strip di bawahnya ada duet Hendra Setiawan/Mohamad Ahsan.
Keduanya pun sudah memastikan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Namun setelah Olimpiade Tokyo mundur satu tahun, yakni dari semula akan digelar mulai 24 Agustus-9 September 2020 ditangguhkan menjadi 23 Agustus 2021, BWF masih belum memutuskan apakah pengumpulan poin menuju olimpiade akan berubah.
Andai saja kondisi normal dan tidak ada penangguhan olimpiade, peluang Indonesia untuk merebut emas ajang multievent terbesar di dunia melalui nomor ganda putra cukup terbuka. Selain peringkat yang menjadi acuan, kiprah prestasi kedua pasangan, khususnya sepanjang tahun 2019 bisa menjadi acuan lainnya. Keduanya kerap menciptakan all Indonesian final di turnamen bergengsi BWF.
Namun dengan mundurnya olimpiade satu tahun lagi, kondisi tentu menjadi berbeda. Bagi Kevin/Marcus mungkin tidak menjadi masalah mengingat usianya masih muda. Kevin kelahiran 2 Agustus 1995. Pada 2021 nanti, Kevin genap berusia 26 tahun dan Marcus kelahiran 9 Maret 1991 akan berusia 30 tahun lebih.
Namun bagi Hendra/Ahsan tentu usia semakin menua. Ahsan kelahiran 7 September 1987 jadi saat olimpiade nanti usianya 34 tahun hanya kurang beberapa hari. Terlebih bagi Hendra, pemain kelahiran 25 Agustus 1984. Tahun depan usianya sudah 37 tahun. Namun ketika ditanyakan mengenai penangguhan olimpiade, keduanya tidak ada masalah. Ganda berjulukan the Daddies tetap menatap optimistis Olimpiade 2021 meski secara usia tak lagi muda.
"Saya tidak terlalu memikirkan usia sih ya, yang penting tetap fokus ke olimpiade. Dan yang paling penting tentunya adalah menjaga kondisi saja agar tetap bisa bersaing dengan yang lebih muda," ujar Hendra ketika dihubungi Republika.co.id beberapa waktu lalu.
Hal yang sama diungkapkan Ahsan. Ia mengakui hal itu menjadi tantangan tersendiri. "Itu sebuah tantangan, tapi yang terpenting bagi kami adalah komitmen dari dalam diri kami sendiri. Tidak usah memikirkan usia yang penting kemauan yang kuat," tegasnya.
Keduanya tetap optimistis menatap Olimpiade 2021. Karena jika melihat usia, olimpiade yang akan digelar di Tokyo nanti akan menjadi laga terakhir Hendra/Ahsan di event olahraga terakbar di dunia ini. Apalagi pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Hendra/Ahsan gagal mempersembahkan medali bagi kontingen Indonesia.
Hendra memang pernah merebut emas olimpiade. Yakni pada Olimpiade 2008 Beijing. Namun ketika itu saat mengalahkan Cai Yun/Fu Haifeng di partai final pasangan Hendra adalah Markis Kido. Jadi sepanjang berpasangan dengan Ahsan, Hendra belum pernah merebut medali olimpiade.
Selain menjadi tantangan bagi Hendra/Ahsan, penangguhan olimpiade juga menjadi tantangan tersendiri bagi pelatih Herry Iman Pierngadi. Herry mengakui memang harus ada program khusus untuk Hendra/Ahsan yang tak lagi muda agar dapat tampil terbaik di Olimpiade 2021.
"Untuk Hendra/Ahsan mereka kan sudah dibilang senior, jadi dengan olimpiade mundur satu tahun tentu akan berdampak. Tetapi kami nanti coba buatkan program khusus untuk Mereka yang sesuai. Agar peak performance saat olimpiade digelar tahun 2021 nanti," jelas Herry.
Saat ini, dengan kondisi virus corona yang belum mereda, Hendra/Ahsan tinggal di rumah bersama keluarga. PBSI memperbolehkan pemain yang sudah berkeluarga untuk tinggal di rumah. Namun bagi yang tinggal di rumah tetap harus menjaga kebugaran tubuh. Pelatnas Cipayung baru akan berlangsung normal awal Juni mendatang dengan catatan kondisi sudah kondusif.