REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pada 13 April 2013, China melaporkan kasus manusia pertama yang terinfeksi jenis H7N9 flu burung. Penyakit tersebut menginfeksi seorang anak berusia tujuh tahun dan pada saat itu telah dirawat di rumah sakit Beijing.
Dilansir BBC History, orang tua anak itu adalah pedagang unggas. Anak itu menderita sakit tenggorokan dan sakit kepala, kemudian berangsur stabil. Dua orang yang berhubungan dekat dengannya telah dikarantina untuk dilakukan observasi namun tidak menunjukkan gejala.
PBB telah mencatat 28 kasus dan sembilan kematian di China setelah itu. Menurut WHO, kasus di luar China tidak tercatat akibat flu burung ini.
Pusat pengendalian penyakit nasional China mengonfirmasi bahwa gadis yang jatuh sakit di Beijing memiliki virus H7N9. Kasus-kasus pertama dari virus dilaporkan pada Februari, di China timur. Menurut WHO, tidak ada bukti bahwa virus H7N9 sedang ditularkan antar manusia dan sebagian besar kasus berasal dari unggas.
Para pakar kesehatan internasional memuji China atas transparansinya dalam melaporkan penyebaran virus. Hal ini sangat berbeda dengan penanganannya terhadap wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada 2003 ketika 8.096 orang terinfeksi di seluruh dunia dan 744 meninggal.