Senin 13 Apr 2020 11:01 WIB

Muslim India Jadi Sasaran Serangan di Tengah Wabah Covid-19

Muslim di India diserang karena dituduh menyebarkan Covid-19.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Muslim India Jadi Sasaran Serangan di Tengah Wabah Covid-19. Jamaah menunggu di bus untuk dibawa ke ke fasilitas karantina saat  terjadinya wabah virus Corona di daerah Nizamuddin, New Delhi, India.
Foto: Manish Swarup/AP
Muslim India Jadi Sasaran Serangan di Tengah Wabah Covid-19. Jamaah menunggu di bus untuk dibawa ke ke fasilitas karantina saat terjadinya wabah virus Corona di daerah Nizamuddin, New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI --  Sadiq Khan sedang duduk di luar rumahnya ketika belasan tetangga Hindu menyerangnya dengan senjata tajam. Ia diserang karena tidak menaati seruan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mematikan lampu listrik sebagai simbol solidaritas dalam perang negara melawan Covid-19.

Modi meminta warga mematikan listrik dan menyalakan lilin atau lampu senter ponsel selama sembilan menit pada pukul 21.00 tanggal 5 April lalu. Langkah ini dilakukan untuk menghilangkan kegelapan yang disebarkan oleh wabah tersebut.

Baca Juga

India hingga saat ini masih berada di bawah aturan karantina wilayah tiga pekan untuk memerangi penyakit menular yang telah menyebar di seluruh dunia. Keluarga Khan berada di distrik Jind, Negara Bagian Haryana utara. Ia dengan antusias mengamati pemadaman listrik. Semua warga menyalakan lilin dan lampu mobil.

Namun, satu bola lampu listrik di rumah mereka membuat tetangga-tetangga Hindu-nya kesal. Mereka lantas mengeluarkan penghinaan agama dan menyebut mereka sebgai pengkhianat, diikuti serangan bersenjata dengan kapak, pentungan, dan senjata lainnya.

Polisi menyebut empat anggota keluarga Khan terluka dalam serangan itu. Pihak keamanan juga menangkap enam orang atas serangan itu.

Kekerasan itu tidak dilakukan tanpa sebab. Kejadian ini merupakan bagian dari serangkaian serangan yang dipicu oleh pandemi di tengah tuduhan Muslim berencana melawan negara. Korban meninggal di India naik menjadi 273 dan kasus positif menjadi 8.447 pada Ahad (12/4).

“Kami sebelumnya hidup damai bersama, tetapi sekarang mereka menyebut kami pengkhianat. Bukankah kita memiliki kebebasan yang sama dengan orang lain (Hindu) untuk memilih cara kita hidup di negara ini. Bagaimana kami berbeda?" kata pria yang bekerja sebagai petani ini, dikutip di the National, Senin (13/4).

Negara ini baru pulih dari kerusuhan yang dilakukan sebagian besar anti-Muslim di Delhi pada Februari. Kerusuhan ini menewaskan lebih dari 54 orang dalam kekerasan massa, setelah berbulan-bulan protes di jalanan nasional atas undang-undang kewarganegaraan kontroversial yang disahkan oleh pemerintah nasionalis Hindu, Modi.

Namun, pemicu langsung dari kekerasan baru itu adalah kongregasi Jamaah Tabligh pada pertengahan Maret. Kelompok ini melakukan pertemuan yang dihadiri oleh ribuan anggota di Nizamuddin, Delhi, meski ada peringatan kesehatan dan protokol jarak sosial.

Pihak berwenang menuduh penyelenggara melanggar aturan karantina wilayah dan menghalangi upaya pemerintah membendung penyebaran virus. Lebih dari 1.400 orang dari pertemuan itu dinyatakan positif terkena virus. Lebih dari belasan dilaporkan meninggal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement