Senin 13 Apr 2020 14:12 WIB

Kegagalan Donald Trump Kendalikan Virus Corona di AS

Donald Trump dinilai gagal menangani virus corona sejak awal hingga banyak kematian.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Petugas kesehatan mengangkut mayat ke truk kulkas yang berfungsi sebagai kamar mayat sementara di Kingsbrook Jewish Medical Center, Brooklyn, New York, AS, Rabu (8/4). New York masih tetap menjadi pusat penyebaran wabah koronavirus di Amerika Serikat, sehingga masih ada kekhawatiran bahwa sistem layanan kesehatan tidak akan dapat mengurus volume pasien COVID-19
Foto: EPA-EFE/Peter Foley
Petugas kesehatan mengangkut mayat ke truk kulkas yang berfungsi sebagai kamar mayat sementara di Kingsbrook Jewish Medical Center, Brooklyn, New York, AS, Rabu (8/4). New York masih tetap menjadi pusat penyebaran wabah koronavirus di Amerika Serikat, sehingga masih ada kekhawatiran bahwa sistem layanan kesehatan tidak akan dapat mengurus volume pasien COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) kini berada pada tingkat pertama di dunia dalam jumlah kasus dan kematian dari virus corona baru yang menyebabkan Covid-19. Setidaknya sudah 22.108 orang meninggal dunia karena virus, dan 557.571 orang terinfeksi positif kasus corona di seluruh negara bagian AS.

Warga AS diprediksi akan terus menjadi korban pandemi corona dalam jumlah yang besar sampai negara bisa mengatasinya. Presiden AS Donald Trump dinilai gagal. AS bahkan masih kekurangan rencana dasar untuk mengendalikan penyebaran virus hingga memulai kembali ekonomiya.

Baca Juga

Skala kegagalan pemerintahan Trump dapat dilihat dari perbandingannya dengan negara-negara di Asia. AS kini memiliki sekitar 62 kematian per 1 juta orang. Sementara itu, menurut data University Johns Hopkins and Medicine, Hong Kong, Jepang, dan Taiwan hanya memiliki kurang dari satu kematian per 1 juta.

China, Korea Selatan (Korsel), dan Singapura masing-masing memiliki di bawah lima kematian per 1 juta. India pun memberlakukan tindakan tegas dengan mengkarantina secara nasional selama tiga pekan ketika hanya masih 10 kematian terdeteksi. Hingga kini, India hanya melaporkan 289 kematian, atau 0,2 kasus per 1 juta, dan rumah sakit di India tidak kewalahan dengan pasien seperti layaknya di AS.