REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Karena) sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya pun bershalawat untuk Rasulullah SAW." (QS Al-Ahzab:56). Ketika sampai di Makkah pada satu musim haji, rombongan Imam Abu Tsaur atau yang dikenal dengan sebutan Syekh Sufyan Ats-Tsauri langsung melakukan tawaf qudum, yaitu tawaf untuk jamaah yang baru datang di Tanah Suci.
Namun, saat tawaf berlangsung, di samping Syekh Sufyan ada pemuda yang selalu membaca shalawat. Mulai dari putaran pertama hingga selesai, pemuda itu terus membaca shalawat.
Hal itu membuat Syekh Sufyan terheran-heran; bukankah dalam tawaf orang harus membaca doa yang lainnya. Beberapa saat kemudian, Syekh Sufyan pun mencoba menanyakan kepada pemuda itu ihwal bacaan shalawat yang terus-menerus ia baca.
Bukankah dalam tawaf tak hanya shalawat saja yang mesti dibaca? Mendapat pertanyaan tersebut, pemuda itu membenarkan dirinya memang membaca terus shalawat Nabi.
Ia lantas menjelaskan sebelum sampai di Makkah, ia sebenarnya berangkat dari Khurasan, Irak barat, bersama orang tuanya. Namun, ketika sampai di Kufah, orang tuanya menderita sakit dan meninggal dunia.
Seperti layaknya orang meninggal, jenazah ayah pemuda itu ditutupi dengan kain kafan. Tetapi, ketika akan dimandikan, ada kejadian aneh yang membuat pemuda itu sangat terperanjat.
Kepala jenazah itu tampak seperti kepala keledai. Betapa sedihnya pemuda itu melihat jenazah ayahnya yang demikian dan bakal mempermalukan nama keluarganya. Karena kalut dan mondar-mandir mencari akal untuk mengamankan jenazah ayahnya sehingga membuatnya sangat letih dan tiba-tiba tertidur.
Pada saat itulah pemuda itu bermimpi didatangi seorang lelaki yang amat tampan dan berwibawa mengenakan serban di kepalanya. Lelaki tampan itu mendekati jenazah dan membuka kain yang menutup bagian wajah dan mengusapnya sekali. Seketika itu pula wajah jenazah itu kembali tampak seperti semula dan bahkan lebih bersih dan seakan bersinar.
Setelah ditanya siapa dirinya dan sesaat sebelum meninggalkan tempat jenazah, lelaki tampan itu menjawab dirinya adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau lantas menjelaskan jenazah itu mengalami siksaan demikian karena semasa hidupnya dia adalah seorang rentenir dan pemakan riba. Hal ini bisa menimpa sejak ia masih di dunia dan di akhiratnya nanti.
Namun, beruntung semasa hidupnya ia juga rajin membaca shalawat kepada Nabi setiap akan tidur. Karena itu, ketika ia ditimpa siksa seperti itu, tiba-tiba ada malaikat yang mengabarkan keadaan jenazah itu.
Maka, Nabi memohon syafaat kepada Allah agar jenazah itu dikembalikan seperti semula dan Allah memperkenankan doa Nabi. Itulah sebabnya pemuda tadi senantiasa membaca shalawat Nabi ketika tawaf dengan harapan kelak di hari Kiamat bakal mendapat syafaat dari Rasulullah SAW.