REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan dari Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Profesor Edy Suandi Hamid menyebut bahwa program pembelajaran melalui stasiun televisi TVRI tidak akan berjalan efektif. Menurutnya, metode pengajaran itu hanya bersifat satu arah saha.
"Jadi itu tidak interaktif. Kita pernah melakukan itu pada akhir tahun 80an atau awal 90an melalui TPI, tapi itu sangat bersifat umum," kata Edy Suandi Hamid, Senin (13/4).
Dia mengatakan, program pembelajaran melalui stasiun televisi tidak akan bisa menggantikan proses belajar mengajar di kelas. Kendati, metode tersebut dapat digunakan dalam situasi darurat sepersi saat in namun hanya bersifat komplementer.
Terlebih untuk daerah yang memang belum memiliki infrastruktur dan jaringan teknologi komunikasi dan informasi yang memadai. Dalam perkara itu TVRI akan menjadi alternatif terbaik mengingat stasiun televisi plat merah itu sudah memiliki jaringan yang tersebar secara nasional hingga ke kawasan satelit.
Pembelajaran melalui teknologi informasi yang ada saat ini akan lebih efektif dibanding menonton program belajar melalui televisi. Sejumlah aplikasi yang ada saat ini dapat membuat pelajar berinteraksi dengan pengajar mereka."Dan itu sangat berbeda dengan televisi yang hanya berjalan satu arah," katanya.
Meski demikian, program belajar melalui televisi masih efektif untuk mengajari siswa PAUD atau tingkat SD di kelas 1 hingga 2 saja. Namun, metode itu tidak akan bisa diterapkan kepada siswa dengan tingkatan pendidikan di atasnya karena lebih membutuhkan pemahaman.
Meski TVRI kurang dikenal masyarakat umum, namun jika pengajar meminta muridnya untuk menyaksikan saluran televisi tersebut maka akan menjadi kewajiban bagi siswa. lanjutnya, TVRI juga relatif berada di semua saluran televisi karena sifatnya yang tidak berbayar. "Misal jam sekian kita akan belajar matematika di TVRU, artinya siswa harus menyimak dan mereka dipaksa untuk di depan tivi, tapi itu untuk situasi darurat saja," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun melalui website resmi Kemdikbud, TVRI menampilkan program pembelajaran setiap hari. Program tersebut dibagi ke dalam beberapa hari dan waktu yang berlangsung dari Senin hingga Jumat.
Rincian waktu program itu dimulai sejak pukul 08.00 untuk PAUD hingga 14.00 bagi pelajar SMA. Diberikan waktu 30 menit bagi setiap tingkatan pendidikan untuk mengisi materi pelajaran.
Edy menilai tidak ada perincian materi pelajaran dalam setiap program tersebut membuat proses belajar mengajar menjadi tidak memadai. Dia menekankan program tersebut hanya bisa menjadi komplementer atau bantuan bagi proses belajar yang berlaku di masa darurat saat ini.
"Proses belajar itu juga sangat pendek, artinya TVRI tidak menggantikan tapi melengkapi dan membantu karena masih lebih efektif melalui teknologi informasi itu," katanya.
Edy tidak menampik proses belajar melalui teknologi komunikasi dan informasi itu tentu akan menghabiskan kuota internet setiap siswa. Namun, dia meminta agar setiap fasilitas pendidikan membantu siswa mereka yang kurang mampu.
"Nggak ada pilihan ketika kita mengatakan virtual dengan online dan itu memang ada harganya jadi silahkan kemendikbud memikirkan itu dan sekolah-sekolah juga sama,"katanya.
Sebelumnya, pemerintah melalui kemendikbud meluncurkan program Belajar di Rumah sebagai antisipasi sekolah yang diliburkan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Kemdikbud menggandeng Lembaga penyiaran publik TVRI sebagai bagian dari media official Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk menyiarkan program-program tersebut.