REPUBLIKA.CO.ID, Akidah merupakan prinsip keimanan yang pertama. Iman seseorang bisa naik dan turun, bergantung pada bagaimana ia menjaga iman tersebut. Ustaz Abdullah Taslim dalam kajiannya membahas tentang menumbuhkan akidah, salah satunya dengan mengenal dan memahami nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
"Akidah menjadi sebab utama untuk menumbuhkan kualitas keagamaan kita. Bisa semakin baik jika kita semakin mencintai Allah SWT dengan mengenal nama-nama Allah," ujar Ustaz Abdullah dalam kajiannya beberapa waktu lalu.
Ustaz Abdullah menjelaskan, mengenal Allah SWT menjadi penyebab mengenal perkara yang lain. Dalam hadis disebutkan bahwa barang siapa yang mengenal Allah maka dia akan mudah mengenal perkara yang lain. Sementara, barang siapa yang tidak mengenal Allah maka kepada hal lain pun dia tidak kenal.
Penyebab utama seorang Muslim lupa akan kebaikan yang diberikan Allah SWT adalah karena lalai dari mengenal dan mengingat Allah. Dalam QS al-Hasyr ayat 19, Allah berfirman, "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa ke pada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri ...."
Ustaz Abdullah menegaskan, jika seseorang mengenal Allah, dia akan mengetahui dirinya sendiri. Dia pun tahu akan ke arah mana harus berjalan dan memperbaiki keadaannya. Sebaliknya, ketika seseorang tidak mengenal Allah, dia tidak akan tahu tentang dirinya sendiri.
Para ulama kerap membahas Alqur'an dalam rangka mengenal Allah. Mayoritas surah dalam Alquran serta hadis yang menuliskan tentang nama dan sifat Allah SWT. Dengan banyak membaca ayat-ayat Alquran lalu dipahami dan diresapi maknanya, lama-kelamaan akan menumbuhkan kecintaan kepada Allah SWT. Semakin lama, rasa cinta dan syu kur kepada sang Pencipta juga akan menguat.
Sifat bawaan manusia adalah ketika ada satu hal yang mengagumkan lalu se ring disebut dan diingat-ingat akan me munculkan ketertarikan. Ustaz Abdullah lalu mencontohkan ayat yang menerang kan tentang nama Allah.
Dalam QS al-Hadid ayat 3, misalnya, "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Me ngetahui segala sesuatu." Dalam surah tersebut dituliskan nama-nama Allah, yakni Maha-awal, Maha-akhir, Maha dekat, dan Mahatinggi. Empat nama ini masuk dalam Asmaul Husna dan berhubungan dengan waktu serta tempat.
Dalam hadis Nabi sekaligus keterangan tentang maknanya, Suhail menga takan, "Dahulu Abu Shalih memerintahkan kami, apabila seseorang di antara kami hendak tidur agar berbaring di atas sisi kanannya lalu mengucapkan, 'Ya Allah, engkaulah al-Awwal yang tiada sesuatu sebelum-Mu dan engkaulah al- Akhir yang tiada sesuatu setelah-Mu, engkaulah Yang Zahir yang tiada sesuatu di atas-Mu dan engkau al-Bathin, tiada yang lebih dekat dari-Mu satu pun ...."
"Setiap nama Allah mengandung kesempurnaan. Rasulullah SAW menjelaskan, Allah Maha-awal yang artinya awal mutlak. Kadang awal menurut pe ngertian makhluk itu memiliki nisbat tertentu. Contohnya, siapa yang awal masuk masjid, sementara waktu untuk shalat berbeda-beda," ujar Ustaz Abdullah.
Ia juga menyebutkan, Allah Mahatahu apa yang akan terjadi, sedang terjadi, serta telah terjadi. Allah Maha-awal dan Akhir, dan Allah mengetahui segalanya. Allah mengutus Rasul-Nya dengan mem berikan petunjuk ilmu bermanfaat dan amal yang saleh. Ini untuk menjadikan agama Islam di atas agama yang lainnya. Dengan begitu, maka Allah ada lah Mahatinggi dan Rasul menyebut tidak ada makhluk yang ada di atas-Nya.
Dalam surah tersebut dituliskan pula Allah Mahadekat. Ketika kita sebagai umatnya menyebut nama dan sifat-Nya, maka tidak mungkin terjadi pertentang an di antaranya. Allah Mahatinggi dan Mahadekat, saking dekatnya dapat me mahami hati umat-Nya. Pengawasan dan penglihatannya sempurna sehingga tidak ada yang luput. "Kebersamaan dalam bahasa Arab tidak harus berarti dekat dengan zat. Allah Mahadekat pada hamba-hamba yang beribadah kepada-Nya," ucap Ustaz Abdullah.