Senin 13 Apr 2020 17:22 WIB

Gugus Tugas Minta Warga tak Tolak Jenazah Pasien Corona

Ketua Gugus Tugas meminta dukungan dari tokoh agama dan masyarakat.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Prosesi pemakaman Jenazah pasien Covid-19, di TPU Cikadut, Kota Bandung, Rabu (8/4). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tidak menolak jenazah pasien COVID-19 yang akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU)
Foto: Humas Pemprov Jawa Barat
Prosesi pemakaman Jenazah pasien Covid-19, di TPU Cikadut, Kota Bandung, Rabu (8/4). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tidak menolak jenazah pasien COVID-19 yang akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah kembali meminta masyarakat untuk tidak menolak jenazah pasien positif Covid-19. Permintaan ini disampaikan Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo menanggapi sejumlah penolakan yang masih muncul di beberapa wilayah di Indonesia.

"Jenazah-jenazah ini merupakah kewajiban kita untuk kita rawat dan untuk kita makamkan sebagaimana layaknya," ujar Doni dalam keterangan pers, Senin (13/4).

Ia pun meminta dukungan dari tokoh agama dan tokoh masyarakat di daerah untuk bersama-sama memberikan edukasi kepada masyarakat luas. Masyarakat, ujarnya, perlu diberi pemahaman dan edukasi bahwa tata laksana pemakaman jenazah pasien Covid-19 dilakukan secara teliti dan tidak akan membahayakan orang lain.

"Sekali lagi Gugus Tugas mengingatkan kepada seluruh tokoh-tokoh di daerah untuk bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat agar tidak menolak jenazah yang dimakankan. Yang tempatnya tentu telah diatur sesuai dengan protokol kesehatan," katanya.

Penolakan warga terhadap jenazah pasien positif Covid-19 memang masih saja terjadi. Di Semarang, Jawa Tengah misalnya, sekelompok warga menolak pemakaman satu orang pasien positif Covid-19 asal Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang yang meninggal dunia pada Kamis (9/4).

Pasien yang bersangkutan dilaporkan meninggal dunia dalam perawatan intensif di RSUP dr Kariadi, Semarang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement