Senin 13 Apr 2020 19:17 WIB

116 Warga Korsel Kembali Positif Covid-19 Setelah Sembuh

Warga Korsel yang kembali positif Covid-19 setelah sembuh bertambah.

Warga mengenakan masker wajah saat bersepeda di Seoul, Korea Selatan, Rabu, (8/4). Jumlah warga Korsel yang kembali positif Covid-19 setelah sembuh bertambah.
Foto: AP/Ahn Young-joon
Warga mengenakan masker wajah saat bersepeda di Seoul, Korea Selatan, Rabu, (8/4). Jumlah warga Korsel yang kembali positif Covid-19 setelah sembuh bertambah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan melaporkan pada Senin bahwa setidaknya 116 orang yang pada awalnya dinyatakan sembuh dari virus corona telah kembali dites positif. Temuan itu didapat ketika para pejabat menyiratkan akan adanya pelonggaran pembatasan ketat yang bertujuan mencegah wabah baru.

Korea Selatan melaporkan hanya 25 kasus baru secara keseluruhan pada Senin. Akan tetapi, ada peningkatan pasien "yang kembali positif" yang telah menimbulkan kekhawatiran ketika negara itu berupaya untuk memberantas infeksi.

Baca Juga

Pihak berwenang masih menyelidiki penyebab kekambuhan itu. Tetapi Jeong Eun-kyeong, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), mengatakan bahwa virus itu mungkin telah kembali aktif dan bukannya pasien yang terinfeksi ulang.

Para ahli lain mengatakan, tes yang salah mungkin juga berperan atau sisa-sisa virus mungkin masih ada dalam tubuh pasien, tetapi tidak menular atau membahayakan pasien atau orang lain. Laporan 116 kasus itu lebih dari dua kali lipat dari 51 kasus yang dilaporkan Korea Selatan sepekan sebelumnya.

Korea Selatan berencana untuk mengirim 600 ribu alat uji virus corona ke Amerika Serikat pada Selasa. Itu merupakan pengiriman pertama setelah permintaan dari Presiden AS Donald Trump, menurut seorang pejabat Seoul kepada Reuters pada Senin.

Sementara itu, para pemimpin pemerintahan meminta warga Korea Selatan untuk terus mengikuti panduan dan pembatasan pada pertemuan sosial, tetapi mengisyaratkan bahwa kebijakan itu dapat segera dilonggarkan. Korea Selatan telah mengimbau warga untuk mengikuti jarak sosial yang ketat hingga setidaknya 19 April, tetapi karena kasus-kasus menurun dan cuaca membaik, semakin banyak orang yang melanggar kebijakan itu.

Dalam pertemuan manajemen bencana pada Senin, Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan, pemerintah akan segera mencari cara untuk melonggarkan kebijakan itu. Semula, orang diserukan untuk tinggal di rumah, menghindari pertemuan sosial dalam bentuk apa pun, dan hanya keluar karena alasan penting .

"Akhir pekan ini, kami berencana untuk meninjau kampanye jarak sosial kami yang telah kami lakukan sejauh ini dan membahas apakah kami akan beralih ke langkah-langkah keselamatan rutin," katanya.

Beberapa pemerintah daerah telah memberlakukan tindakan yang lebih ketat, termasuk menutup bar dan klub malam, melarang demonstrasi besar, dan membatasi layanan gereja. Chung mengingatkan bahwa bahkan ketika pembatasan sudah dilonggarkan, negara itu tidak akan kembali beroperasi seperti sebelum wabah.

"Kami membutuhkan pendekatan yang sangat hati-hati karena setiap pelonggaran jarak sosial dapat membawa konsekuensi yang tidak dapat diubah, dan harus merenungkan secara mendalam tentang kapan dan bagaimana kita beralih ke sistem baru," katanya.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement