Senin 13 Apr 2020 21:11 WIB

Mulanya Shalat Lima Waktu (Bagian I)

Sejarah shalat lima waktu berkaitan dengan perjalanan Isra dan Miraj Nabi SAW

Rep: Syahruddin El-Fikri/ Red: Hasanul Rizqa
Mulanya Shalat Lima Waktu (ilustrasi). FOTO: Sejumlah umat Islam melaksanakan shalat Jumat di Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Jumat (10/4/2020). Meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang tidak wajib melaksanakan shalat jumat dan bisa digantikan shalat zuhur di rumah, namun sebagian masjid di Aceh masih menggelar shalat Jumat tanpa menerapkan “physical distancing” (pembatasan sosial atau menjaga jarak)
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Mulanya Shalat Lima Waktu (ilustrasi). FOTO: Sejumlah umat Islam melaksanakan shalat Jumat di Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Jumat (10/4/2020). Meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang tidak wajib melaksanakan shalat jumat dan bisa digantikan shalat zuhur di rumah, namun sebagian masjid di Aceh masih menggelar shalat Jumat tanpa menerapkan “physical distancing” (pembatasan sosial atau menjaga jarak)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebenarnya, kapankah pelaksanaan shalat dimulai dalam kehidupan umat manusia? Tak ada keterangan yang detail menjelaskan masalah ini.

Namun demikian, dalam Alquran terdapat keterangan, para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah semuanya melaksanakan ibadah, termasuk shalat. Nabi Adam AS shalat. Begitu pula Nabi Nuh, Idris, Hud, Saleh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Musa, Isa, hingga Rasulullah Muhammad SAW--semuanya mendirikan shalat.

Baca Juga

Hanya saja, bagaimana shalatnya para nabi dan rasul itu, tak diketahui dengan pasti, kecuali shalat umat Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Dalam berbagai kitab tarikh tasyri’ dan sirah nabawiyah disebutkan, shalat lima waktu pertama kali diterima dan diwajibkan kepada umat Islam sejak Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra dan Mi’raj. Itu tepatnya pada 27 Rajab tahun kedua sebelum hijrah, atau sekitar tahun ke-11 kenabian Rasulullah SAW.

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub, juga dalam Hayatu Muhammad karya Muhammad Husein Haykal disebutkan, ketika Nabi SAW melaksanakan Isra dari Masjid al-Haram (Makkah) ke Masjid al-Aqsha (Palestina), beliau mengendarai Buraq bersama Malaikat Jibril. Lalu, beliau naik ke langit (Mi’raj), untuk kemudian menerima perintah shalat lima waktu di Sidratil Muntaha atau Baitul Ma’mur.

Sebelum sampai di Sidratil Muntaha, pada langit pertama, Rasul SAW bersama Malaikat Jibril minta dibukakan pintu langit dan ditanya: "Siapa?"

Jibril menjawab: "Saya Jibril."

Ditanya lagi: "Siapa yang datang bersama kamu?"

Jibril menjawab: "Muhammad."

Ditanya lagi: "Apakah ia diutus?"

Jibril kembali menjawab: "Iya."

Kemudian kalimat selamat datang pun diucapkan untuk Rasulullah SAW dan pintu langit pun dibukakan.

Saat dibukakan pintu langit, Rasulullah melihat Nabi Adam di sana. Jibril lalu memperkenalkan: "Ini ayahmu, Adam."

Kemudian, Jibril mengucapkan salam kepadanya, Rasul pun ikut mengucapkan salam. Nabi Adam AS menjawab salam tersebut dan mengucapkan: "Selamat datang wahai Nabi yang saleh."

Perjalanan dilanjutkan ke langit kedua. Sesampainya di sana, Jibril melakukan percakapan yang sama seperti di langit sebelumnya. Setelah dibukakan pintu langit kedua, Rasul bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa, kemudian mengucapkan salam kepada mereka dan dibalas dengan diikuti ucapan:

"Selamat datang wahai Saudara dan Nabi yang saleh."

Di langit ketiga, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf yang menyambutnya dengan ucapan yang sama seperti nabi di langit sebelumnya: "Selamat datang wahai Saudara dan Nabi yang saleh."

Lanjut di langit keempat, Rasul bertemu Nabi Idris. Di langit kelima Rasul bertemu Nabi Harun. Langit keenam, ada Nabi Musa yang mengucapkan: "Selamat datang wahai Saudara dan Nabi yang saleh."

Kemudian, sesaat sebelum Rasul meninggalkan Musa, terlihat Nabi Musa AS menangis. Rasul bertanya: "Apa gerangan yang menyebabkanmu menangis, wahai Nabi Musa?"

Nabi Musa menjawab: "Aku menangis karena umat Nabi (Muhammad) yang diutus setelahku akan banyak masuk surga daripada umatku."

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke langit ketujuh. Di sana, Rasul bertemu Nabi Ibrahim, ayah para nabi. Nabi Ibrahim menyambutnya: "Selamat datang wahai Anakku dan Nabi yang saleh."

Kemudian, Rasul SAW langsung naik ke Sidratul Muntaha, kemudian dilanjutkan ke Baitul Ma’mur.

Baitul Ma’mur adalah tempat yang selalu dimasuki oleh tujuh ribu malaikat setiap harinya. Di sana, Rasul SAW disuguhi tiga gelas masing-masing berisi khamr, susu, dan madu.

Dan, Rasul memilih gelas yang berisi susu yang berwarna putih seperti putih (fitrah)-nya diri Nabi Muhammad dan umatnya.

(Bersambung)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement