REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Agung Harijoko mengatakan Gunung Slamet di Jawa Tengah berpotensi mengalami letusan cukup besar di masa mendatang. Namun demikian, ia belum dapat memperkirakan kapan dan seberapa dahsyat letusan tersebut kemungkinan terjadi.
"Dari peta PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) itu ada sampai daerah KRB (Kawasan Rawan Bencana) 3, itu masuk ke arah Guci," kata Agung dalam diskusi daring Memahami Aktivitas Gunungapi Busur Sunda dalam rangka ulang tahun ke-60 Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) di Jakarta, Senin (13/4).
Ia mengatakan dilihat dari peta letusan yang mengarah ke Guci, ia menemukan ada endapan awan panas yang cukup tebal yang secara materi disebut scoria, atau dalam ilmu geologi disebut sebagai aliran scoria.
"Di Guci sendiri saya menemukan sampai tujuh lapisan awan panas, sehingga sebenarnya ada letusan yang menghasilkan awan panas yang alirannya mencapai Guci, dan itu tidak hanya sekali tetapisampai tujuh kali," katanya.
Oleh karena itu, ia menduga tentang kemungkinan adanya perulangan erupsi yang cukup besar di masa mendatang. "Jadi dari letusan Gunung Slamet yang terekam di Lembah Guci itu ada letusan besar. Cuma kita tidak tahu perulangannya berapa lama lagi, berapa tahun lagi. Tapi potensi akan ada letusanbesar di Slamet itu ada kalau melihat sejarah erupsi masa lalunya," kata dia.
Untuk itu, upaya mitigasi berupa monitoring seperti yang dilakukan oleh PVMBG memang sangat penting untuk dilakukan untuk tanda-tanda dan tingkat kegempaan yang mengarah pada kemungkinan erupsi.
Namun, yang lebih penting lagi, menurut dia, adalah bagaimana kesiapsiagaan masyarakat di sekitar gunung api tersebut. "Apakah masyarakat di sana cukup tahu tentang bahaya Gunung Slamet? Yang penting adalah kesiapsiagaan dan kesadaran masyarakat sekitar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana," katanya.