REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Mohammad Rizky, Siswa Klas 2 SMA Internasional, Knightsbridge School Internasional, Montenegro, Eropa Selatan.
Walaupun belum genap dua tahun saya tidak tinggal di Indonesia untuk melanjutkan studi di Sekolah Internasional tingkat SMA yaitu Knightsbridge School International di Kota Tivat, Montenegro, Eropa selatan, rasa kecintaan saya terhadap Indonesia tidak kian luntur dan gerakan akar rumput kecil-kecilan yang saya lakukan ini. Hal tersebut adalah membagikan makanan kepada pengemudi ojek daring, merupakan perwujudan dari kecintaan saya terhadap Indonesia yang kini sedang dilanda wabah Covid-19.
Saban hari, saya selalu menyempatkan diri untuk membaca berita dan informasi mengenai Indonesia untuk memastikan pengetahuan saya up-to-date. Namun ada hal menarik yang terjadi beberapa hari yang lalu. Kamis (9/4/2020) gawai saya berdering begitu kencang di pagi buta, ting ting ting bunyinya. Sudah lama betul gawai saya tidak pernah berdering karena notifikasi pesan masuk, pikir saya, lalu segeralah saya membuka aplikasi whatsapp.
Pesan-pesan tersebut datang dari group chat keluarga saya dan kehebohan yang terjadi ternyata datang dari seorang saudara yang men-share keputusan pemerintah provinsi DKI Jakarta terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kehebohan yang terjadi tersebut bukan tanpa sebab, pasalnya kami, sebagai masyarakat urban, sudah sangat bergantung terhadap layanan ojek daring. Beberapa tahun terakhir ini saya sangat terbantu dengan adanya aplikasi penyedia layanan tersebut, ingin pesan makanan, ingin berpindah tempat, kini cuma “tinggal klik saja”. Namun, apabila peraturan PSBB tersebut secara efektif diberlakukan, bukan hanya kami dan masyarakat urban lainya yang terdampak tapi tentunya ratusan ribu driver ojek online atau ojol dan pekerja sektor informal lainya yang menggantungkan hidunya di jalanan.
Saya sebagai pelanggan setia layanan ojek daring dan bagian dari sebuah tubuh masyarakat yang bernama Indonesia merasa berhutang budi dan tergerak untuk setidaknya berkontribusi dengan kapasitas yang saya miliki sebagai anak enam belas tahun. Karena kondisi saya sedang tinggal di luar negeri, memberi makanan secara langsung tentunya bukanlah suatu pilihan yang memungkinkan. Gerakan berbasis media sosial yang langsung berdampak kepada driver ojek daring adalah satu-satunya cara yang bisa saya lakukan dalam waku ini.
“Kasih Makanan ke Abang GOJEK Challenge”.
Pada esok harinya, saya memulai sebuah kegiatan yang saya namakan “Kasih Makanan ke Abang GOJEK Challenge”. Prinsip kegiatan ini cukup sederhana, saya memulai tantangan tersebut, terutama kepada teman-teman alumni SMP Labschool Rawamangun seangkatan saya yang kini sekolah di SMA Labschool, SMAN 8 Jakarta, maupun sekolah lainnya dengan memesanan makanan lewat layanan ojek daring lalu mengunggah foto percakapan saya dengan pengemudi ojek daring ke Instagram Story yang menunjukkan bahwa saya menyuruhnya untuk tidak mengirim makanan tersebut ke rumah saya melainkan mengambilnya untuk konsumsi pribadi. Di dalam unggahan tersebut tidak lupa saya men-tag beberapa kawan saya untuk melakukan hal yang sama.
Dengan men-tag akun instagram teman yang lain, tentunya individu-individu tersebut merasa tergerak untuk melakukan hal yang sama. Ikhlas atau tidaknya itu urusan individu tersebut, tetapi yang jelas semua orang terdampak positif dari kegiatan ini, baik si pengunggah maupun pengemudi ojek daring. Sejauh ini, selama satu hari berjalan-nya kegiatan challenge ini, respon yang saya dapatkan sangatlah positif.
Tercatat, sudah ada sekitar lima belas pengemudi ojek daring yang sudah terbantu dari kegiatan challange yang saya mulai ini. Angka ini terus bertambah setiap hari mengingat sifat dari kegiatan ini yang sporadis.
Saya bukanlah inisiator pertama gerakan membeli makanan untuk ojek daring ini, beberapa influencers di sosial media telah melakukanya terlebih dahulu. Tetapi observasi amatir saya menunjukkan belum ada seorang pun dalam circle pergaulan saya yang sudah melakukan hal tersebut. Saya tahu betul teman teman saya yang notabene berkecukupan lebih dari senang untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan ketika masa pandemi.
Mereka hanya tidak memiliki medium untuk menyalurkan uangnya dan karena alasan itulah saya membuat challenge ini. Challenge ini pada esensinya adalah medium untuk saya dan teman-teman saya untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan dan jika saja challenge ini dimulai dan digerakkan oleh seserang di setiap ceruk ceruk pergaulan Jakarta saya yakin betul bahwa tidak akan ada lagi ada pengemudi ojek daring yang harus menahan perutnya lapar selama masa pandemi ini.
Lebih jauh lagi, menurut saya gerakan kecil yang saya inisiasikan ini juga merupakan pesan, terhadap generasi-generasi pendahulu kami yang kerap memandang sebelah mata dan menganggap generasi kami yang apatis dan apolitis. Kami, Generasi Z, pada hakikatnya juga peduli kesejahteraan saudara-saudara kami. Hanya saja, metode yang kami miliki agak sedikit berbeda, dan challenge ini adalah buktinya.