Selasa 14 Apr 2020 12:33 WIB

Perawat ICU New Jersey: Covid-19 Lebih Gawat daripada 9/11

Perawat di ICU New Jersey menyebut triase Covid-19 lebih parah daripada 9/11.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
 Perawat Anthea Noel bekerja enam hari sepekan selama wabah Covid-19 di pusat-pusat medis daerah New Jersey, seperti Rumah Sakit Universitas Newark dan tiga lainnya di fasilitas pengujian drive-through.
Foto: (Dok Anthea Noel via Fox News)
Perawat Anthea Noel bekerja enam hari sepekan selama wabah Covid-19 di pusat-pusat medis daerah New Jersey, seperti Rumah Sakit Universitas Newark dan tiga lainnya di fasilitas pengujian drive-through.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY — Perawat Intensive Care Unit di salah satu rumah sakit di New Jersey, Amerika Serikat membandingkan triase saat peristiwa 9/11 di Ground Zero dengan layanan kegawatdaruratan yang diberikannya selama pandemi Covid-19 saat ini. Menurutnya, kondisi sekarang lebih gawat.

"Yang dihadapi saat itu adalah dampak fisik dari serangan, tidak ada yang lain,” kata seorang perawat senior ICU dari rumah sakit St Michael di Newark, New Jersey, Anthea Noel, dilansir Fox News, Senin (13/4).

Baca Juga

Noel mencermati, selama pandemi akibat infeksi virus corona saat ini, banyak responden pertama yang sakit. Pasien datang dalam gelombang besar. Setiap pekan, pasien datang semakin banyak.

"Itulah yang kami lihat dari Covid-19," ujar dia.

Noel mengatakan, angka triase Covid-19 sangat mengejutkan. Petugas kesehatan terus-menerus melihat pasien dengan diagnosisi yang sama, seperti tak ada hentinya.

Bahkan, Noel sempat mempertanyakan tugasnya. Ia ragu apakah ia sudah melakukan banyak hal? Apa lagi yang bisa dilakukan?

"Anda selalu mempertanyakan diri sendiri, tetapi kemudian Anda menyadari bahwa Anda melakukan yang terbaik,” ujar dia.

Noel melihat semuanya sudah berubah, orang-orang mulai keteteran menghadapi pandemi Covid-19, baik dari sisi petugas maupun obat. Ia lantas mengenang peristiwa serangan menara World Trade Center pada 2001. Noel waktu itu bekerja di RS Woodhall Brooklyn.

Dia dikirim untuk membantu perawatan dekat Ground Zero di Battery Park. Saat memulai upaya penyelamatan korban dari reruntuhan puing-puing, Noel sempat merasa tidak sanggup melakukan tugasnya.

"Saya ada di rumah hari itu, dan mereka memanggil saya dan meminta pergi ke Liberty State Park untuk naik feri ke Ground Zero. Kemudian ke Battery Park untuk mengambil darah,” kata dia.

Saat awal masa kariernya sebagai perawat itu, Noel sudah melihat banyak orang meninggal, potongan tubuh, dan lain-lain. Dirinya belum siap secara mental.

Namun, saat ini, Noel bekerja enam hari sepekan di tengah pandemi virus corona. Dia bertugas tiga hari di perawatan darurat di ICU Rumah Sakit Universitas di Newark atau di mana pun ia dibutuhkan. Kemudian, dia menghabiskan tiga hari lagi bekerja di fasilitas pengujian drive-through di New Jersey utara. Noel dan perawat lainnya bekerja selama 18 jam dalam sehari untuk merawat pasien positif virus corona.

“Saya bekerja di area perawatan klinis, di mana semua pasien positif,” ujar Noel.

Dia melihat pasien berasal dari semua golongan usia. Dalam sebulan atau lebih sejak pandemi corona mencapai Amerika Serikat, jumlah korban yang terinfeksi terus meningkat. Pekan ini, jumlah korban tewas mencapai lebih dari 10 ribu kematian.

Pada Senin sore, New York City tercatat sebagai wilayah paling parah di negara itu dengan lebih dari 3.000 kematian. New Jersey yang bersebelahan dengan New York mencatat 1.000 kasus kematian. Rumah sakit di kedua wilayah itu penuh yang membuat petugas kesehatan, seperti Noel, pergi dari satu ruang gawat darurat ke ruang gawat darurat lainnya.

“Saya bekerja di rumah sakit lain pekan depan hanya untuk memberikan bantuan tambahan,” kata dia.

Noel mengatakan, rumah sakit New Jersey tidak mengalami masalah dengan persediaan alat pelindung diri (APD). Rumah sakitnya telah menerima sumbangan lebih dari 2 juta dolar AS untuk keperluan APD, tetapi banyak rekannya di seluruh negara bagian yang mengalami masalah dengan perlengkapan perlindungan diri.

“Saya baru saja berbicara dengan seseorang di rumah sakit lain dan mereka disuruh menggunakan APD yang sama untuk seluruh shift,” ujar dia.

Padahal, APD hanya boleh digunakan untuk sekali pakai saja. Rumah Sakit Universitas di Newark harus mengubah banyak unitnya untuk perawatan kritis pandemi corona, termasuk unit Ibu-Bayi.

“(Kami) mendapatkan lebih banyak dan lebih banyak penerimaan setiap hari,” kata Presiden dan CEO Rumah Sakit Universitas Shereef Elnahal.

Dia telah memodelkan rumah sakitnya agar siap menerima setidaknya 100 pasien virus corona per hari. Kondisi itu belum pernah terjadi sebelumnya. “Kami belum pernah melihat yang seperti ini dalam hal permintaan perawatan intensif dan perawatan kritis,” ujar dia.

Selain itu, rumah sakit juga harus mencari pemasok yang memiliki APD dan peralatan lainnya. Dia memperkirakan perlu mengimpor dari negara lain, termasuk ventilator.

Noel menceritakan dirinya juga gugup menghadapi penyebaran pandemi corona. Apalagi, dirinya juga merasa kelelahan mengobati para pasien.

“Semua sudah kewalahan, tenaga medis dan persediaan obat. Pemerintah harus melakukan sesuatu dengan cepat. Entah menelepon agen atau sesuatu, karena Anda tidak dapat menutup rumah sakit,” kata Noel.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement