Selasa 14 Apr 2020 12:57 WIB

India Perpanjang Lockdown Hingga 3 Mei untuk Tekan Covid-19

India telah mencatat 10 ribu kasus positif Covid-19.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Polisi India menindak warga yang melanggar aturan lockdown di Bangalore.
Foto: EPA-EFE/Jagadeesh NV
Polisi India menindak warga yang melanggar aturan lockdown di Bangalore.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Perdana Menteri India Narendra Modi memperpanjang masa karantina wilayah atau lockdown nasional hingga 3 Mei mendatang. Hal itu dilakukan saat kasus Covid-19 di sana telah menembus 10 ribu.

"Hingga 3 Mei, setiap warga India harus tetap di-lockdown. Saya meminta semua warga India agar kita menghentikan penyebaran virus corona ke negara lain," kata Modi dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi nasional India pada Selasa (14/4).

Baca Juga

Sebelumnya, India dilaporkan berencana memulai lagi sejumlah kegiatan ekonominya. Sebuah catatan pemerintah yang sempat diperoleh Reuters menyebut beberapa aktivitas manufaktur dapat beroperasi kembali. Perusahaan di sektor otomotif, tekstil, pertahanan, dan elektronik diizinkan beroperasi pada kapasitas 25 persen sambil memastikan jarak sosial.

"Seperti yang telah ditunjukkan oleh perdana menteri, kita harus begerak menuju kegiatan ekonomi, sambil menjaga dengan sepenuhnya karantina dan jarak sosial," kata kepala menteri negara bagian utara Haryana, Manohar Lal Khattar.

Terkait hal itu, Khattar berencana membagi wilayah yang dipimpinnya menjadi tiga zona. Pertama zona merah, yakni daerah dengan kasus Covid-19 cukup tinggi. Zona oranye, yaitu daerah dengan kasus Covid-19 rendah. Kemudian zona hijau, yakni daerah yang tak memiliki kasus Covid-19.

"Di zona hijau, industri kecil dan menengah akan diizinkan untuk memulai operasi, asalkan pengusaha memberi kita upaya untuk memenuhi pedoman dalam surat dan semangat. Kami ingin industri kecil memulai operasi dengan kapasitas lebih rendah terlebih dulu," kata Khattar.

Saat ini, India memiliki 10.363 kasus Covid-19 dengan 339 korban jiwa. Sebanyak 1.036 pasien berhasil pulih dari infeksi virus di negara tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement