REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi menjadikan hotel-hotel berbintang sebagai tempat karantina warganya yang terinfeksi Covid-19. Sebanyak 4.500 orang di Saudi terinfeksi Covid-19.
Arab Saudi telah mengambil kebijakan lockdown dengan menghentikan perjalanan udara, menutup kota-kota, dan memberlakukan jam malam nasional dalam memerangi pandemi Covid-19. Kebijakan itu memberikan pukulan bagi sektor pariwisata yang baru saja digencar-gencarkan sebelumnya.
Oleh karena itu, pemerintah Saudi menawarkan harapan bagi sektor pariwisata dengan mengeluarkan anggaran jutaan dolar untuk bisnis perhotelan. Arab Saudi mengkarantina ribuan wisatawan dan mereka yang terpapar virus di hotel-hotel kosong di seluruh Kerajaan.
Misalnya, hotel bintang empat di pusat kota Riyadh yang memiliki 100 kamar hanya diisi lima orang tamu pada pertengahan Maret 2020. Karena itu, pemerintah Saudi menawarkan 1,06 juta dolar AS per bulan untuk digunakan sebagai fasilitas karantina.
Kemudian untuk hotel yang lebih besar, Pemerintah Arab Saudi menawarkan 1,6 juta dolar AS. Tawaran itu tentu saja lebih baik daripada menjalankan bisnis hotel kosong belum lagi banyak staf yang hampir di-PHK dan juga pemotongan gaji hingga 50 persen.
"Ini lebih baik daripada menjalankan hotel kosong," ujar salah satu sumber dikutip dari Arabnews, Selasa (14/4).
Karena bisnis hotel sedang loyo, maka banyak hotel-hotel yang memilih bekerja sama dengan pemerintah dengan memberdayakan hotel untuk karantina Covid-19. Menurut Kementerian Pariwisata, hampir 1.900 kamar di hotel dan fasilitas pariwisata lainnya di Riyadh telah disiapkan untuk karantina, serta ada lebih dari 2.800 kamar di Makkah dan 1.900 kamar lainnya di wilayah Timur Kerajaan.
Kemeterian juga mengatakan telah menyediakan 11.000 kamar di seluruh Kerajaan untuk mengkarantina warga Saudi yang datang di luar negeri. Mereka diperkirakan akan kembali ke kerajaan minggu ini. Kementerian berkomitmen akan menampung para migran yang kembali, termasuk di hotel paling bergengsi.
Pelatih sepak bola Saudi Abdulhakeem Al-Tuwaijri mengatakan, pengalaman karantina gratisnya di Makkah setelah ia kembali dengan timnya dari kamp pelatihan sepak bola di Barcelona.
"(Pelayanan mereka) mengalahkan hotel bintang lima mana pun di Eropa. Ditempatkan di kamar mewah rasanya seperti pergi berlibur," kata Al-Tuwaijri.
Industri perhotelan Arab Saudi menghadapi penurunan tajam setelah Kerajaan meluncurkan visa turis September lalu. Kerajaan telah menghabiskan miliaran dolar dalam upaya membangun industri pariwisata dari nol. Itu merupakan satu trobosan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman agar ekonomi Arab Saudi tidak bergantung pada pendapatan minyak selama puluhan tahun ini.