REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Aktivitas ekspor dan impor China menunjukkan perlambatan penurunan pada Maret, setelah anjlok signifikan dalam dua bulan sebelumnya. Tapi, pemulihan dalam perdagangan dirasa masih berlangsung selama beberapa bulan mendatang karena pandemi virus corona (Covid-19) menghambat banyak kegiatan ekonomi dan secara tajam menurunkan permintaan global.
Pasar keuangan menarik napas lega setelah data bea cukai China pada Selasa (14/4) menunjukkan, pengiriman luar negeri mengalami perbaikan bulan lalu. Meski masih terjadi penurunan 6,6 persen secara year on year (yoy), ada perbaikan dari penurunan 17,2 persen pada Januari-Februari.
Seperti dilansir Reuters, Selasa, tren perlambatan penurunan terjadi karena eksportir segera membersihkan tumpukan pesanan setelah sempat dihentikan sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tidak hanya ekspor, impor pun mengalami perbaikan. Penurunannya melambat menjadi 0,9 persen secara year on year (yoy), sedangkan Januari-Februari mencapai empat persen. Realisasi ini juga di atas ekspektasi pasar, yakni penurunan 9,5 persen.
Secara umum, China mencatat surplus perdagangan 19,9 miliar dolar AS bulan lalu. Lebih baik dibandingkan defisit Januari-Februari sebesar 7,09 miliar dolar AS.
Tapi, analis menilai, prospek ekspor dan pertumbuhan secara keseluruhan bagi China tetap suram mengingat pandemi Covid-19 telah membuat aktivitas bisnis di seluruh dunia terhenti. "Angka-angka perdagangan di atas ekspektasi tidak berarti masa depan akan bebas," ujar kepala ekonom Zhonghai Shengrong Capital Management, Zhang Yi.
Zhang menambahkan, penurunan ekspor sepanjang kuartal kedua telah menjadi konsensus pasar saat ini. Bahkan, diperkirakan akan terjadi penurunan hingga 20 persen. Bagi pembuat kebijakan, ia menganjurkan untuk lebih fokus mengatasi kemungkinan masalah sosial yang berasal dari pengangguran skala besar.
Juru bicara kepabeanan Li Kuiwen mengatakan, perdagangan China menunjukkan beberapa tanda pemulihan pada Maret karena permintaan domestik yang kembali normal. Tapi, ia menekankan, kesulitan yang dihadapi perdagangan luar negeri tidak dapat diremehkan.
Beijing sedang mencoba menghidupkan kembali mesinnya setelah selama beberapa pekan terakhir lumpuh untuk menahan pandemi yang sangat membatasi aktivitas bisnis, arus barang dan kehidupan sehari-hari orang. Para analis memperingatkan, pemulihan aktivitas ekonomi China butuh waktu berbulan-bulan sebelum ekonomi kembali normal. Sebab, virus telah menyebar dengan cepat di seluruh dunia, menghambat ekonomi banyak negara dan meningkatkan risiko resesi global tahun ini.