REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat selama wabah corona yang merebak di Indonesia membuat konsumsi listrik di sektor industri dan bisnis tergerus. EVP Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PLN, Edison Sipahutar menjelaskan efek pandemi Covid-19 menjadi faktor utama penurunan pertumbuhan segmen bisnis dan industri.
Ia merinci sektor bisnis sejak awal tahun hanya tumbuh sebesar 4,07 persen. Namun, khusus untuk di Maret tumbuh negatif sebesar 0,88 persen. Sedangkan untuk sektor industri per Januari hingga Maret hanya tumbuh 0,13 persen dan untuk Maret anjlok di minus 2,17 persen.
"Hal ini karena banyak industri yang mengalami perlambatan karena corona. Sedangkan di sektor bisnis, banyak yang menerapkan Work From Home (WFH) sehingga menurunkan konsumsi listrik," ujar Edison, Selasa (14/4).
Edison menjelaskan khusus untuk industri besi dan baja, pada bulan Maret tumbuh negatif sebesar 12 persen. Jika dihitung sejak awal tahun tumbuh minus 6,2 persen. Segmen industri tekstil bulan Maret 2020 tumbuh negatif sebesar 8,7 persen sedangkan sampai dengan Maret 2020 hanya tumbuh 5,4 persen.
"Pada segmen industri semen bulan maret 2020 tumbuh negatif sebesar minus 19,8 persen sedangkan sampai dengan bulan Maret hanya tumbuh sebesar minus 9,4 persen," ujar Edison.
Untuk segmen bisnis mal pada Maret 2020 tumbuh negatif sebesar minus 8,2 persen sedangkan sampai dengan bulan Maret 2020 masih tumbuh 1,8 persen. Pada segmen bisnis hotel bintang 4 pada bulan Maret 2020 tumbuh negatif sebesar minus 21,3 persen dan sampai dengan bulan Maret 2020 tumbuh sebesar minus 5,0 persen.
"Sedangkan pada hotel bintang 3 pada bulan Maret tumbuh negatif sebesar minus 18,7 persen sedangkan sampai dengan maret 2020 hanya tumbuh minus 1,1 persen," ujar Edison.
Khusus di Jakarta, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Distribusi Jakarta Raya menyatakan bahwa konsumsi listrik ke sektor bisnis dan industri melemah sepanjang Maret. Hal ini karena ada kebijakan work from home dari pemerintah dan Pemda DKI yang meminta perkatoran, pusat belanja, dan industri mempekerjakan karyawan dari rumah. Alhasil pemakaian listrik di dua golongan ini melemah.
"Pemakaian listrik sektor bisnis pada bulan Maret 2020 dibandingkan Maret 2019 berkurang 2,8 juta kWh atau turun 0,1 persen sedangkan listrik sektor Industri berkurang 54,8 juta kWH atau turun 5 persen," ungkap Ikhsan, Selasa (14/4).
Menurut Ikhsan yang termasuk pelanggan sektor bisnis adalah mal, hotel, dan kantor-kantor swasta, sedangkan untuk pelanggan industri seperti pabrik baja, tekstil, dan lainnya. "Supaya sales kembali positif, maka geliat ekonomi harus segera reborn," imbuh dia.
Dia mengatakan, bahwa kenaikan penjualan listrik rumah tangga tidak bisa menutupi penurunan penjualan listrik di sektor bisnis dan industri. "Tidak sebanding dengan turunnya konsumsi di pelanggan kelompok tarif bisnis dan industri," ujar dia.
Meski begitu, Ikhsan mengatakan, dirinya belum menetapkan revisi atas penjualan listrik di PLN UID Disjaya karena adanya wabah corona. "Target penjualan listrik PLN UID Disjaya tahun ini Rp 46 triliun," tuturnya.