REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN - - Warga lingkungan Siwakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, tidak perlu meresahkan dampak peristiwa penolakan pemakaman jenazah Nuria Kurniasih, perawat yang meninggal akibat Covid-19 di lingkungan mereka.
Apalagi sampai muncul kekhawatiran tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan akibat peristiwa yang sempat mengundang kekecewaan dan kemarahan dari masyarakat perawat maupun para pekerja kemausiaan tersebut.
Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Jawa Tengah, Edy Wuryanto mengatakan, masyarakat lingkungan Siwakul, Kelurahan Bandarjo tidak perlu resah atau takut peristiwa penolakan pemakaman jenazah Nuria Kurniasih.
Apalagi, sampai berpikiran takut tidak akan mendapatkan pelayanan jika membutuhkan layanan kesehatan. “Saya jamin tidak ada. Dengan adanya kasus ini lalu warga Siwakul ditolak oleh para perawat dan tenaga medis,” ungkapnya, saat dikonfirmasi di Sekretariat DPW PPNI Provinsi Jawa Tengah, di Ungaran, Senin (13/4).
Menurut Edy, kekhawatiran tersebut tidak perlu ada, karena doktrin maupun sumpah profesi perawat itu juga sudah jelas. Maka, jika perawat sampai menolak memberikan pelayanan, hanya akibat kasus penolakan pemakaman jenazah, tidak boleh.
Menurutnya, tidak semua warga Siwakul buruk, sebagian besar bagus dan hanya beberapa okum orang saja yang kini sudah diamankan tersebut yang kemudian bersuara lantang hingga memicu penolakan atau menimbulkan keresahan publik dan masyarakat perawat.
Ia juga mengaku, sudah diamanahkan oleh profesi untuk memberikan advokasi. “Karena beberapa keluarga mas Joko (red; suami Nuriah Kurniasih) juga tinggal di lingkungan Siwakul tersebut,” ujarnya.
Sehingga, dia harus mencoba untuk mulai membangun hubungan sosial yang bagus antara keluarga almarhumah dengan warga sekitarnya. Dan sore ini, dia juga akan bicara lagi dengan ketua RW setempat.
“Bagi kami, yang sudah terjadi ya cukup sebagai pembelajaran. Bahkan juga sudah diproses untuk mempertanggungjawabkan, itu menurut saya,” tandas Edy.
Sebelumnya, keresahan warga akibat dampak kabar penolakan pemakaman jenazah perawat yang meninggal dunia akibat Covid-19 di lingkungan Siwakul, sempat disampaikan warga dan pemangku lingkungan setempat.
Seperti dituturkan Muhamad Soleh (37 tahun), salah satu warga Siwakul. Menurutnya, setelah kabar penolakan pemakaman menjadi ramai diperbincangkan warganet, warga di lingkungan Siwakul yang lain pun tak kalah resah.
Selain mendapatkan stigma negatif dan hujatan, warga juga mengkhawatirkan peristiwa itu masih akan berdampak. Warga di lingkungannya kini menjadi takut, jangan- jangan peristiwa tersebut juga bakal berimbas kalau mereka membutuhkan layanan kesehatan.
“Terus terang sudah ada warga yang khawatir, jika tahu warga lingkungan Siwakul nanti ditolak saat akan berobat atau butuh layanan kesehatan,” ungkapnya.
Hal ini juga diamini Ketua RW 08 Kelurahan Bandarjo, Daniel Sugito. Dia berharap, permohonan maaf secara terbuka yang telah disampaikannya sebagai pemangku lingkungan bisa diterima dan tidak ada lagi stigma negatif yang dialamatkan kepada warga lingkungan Siwakul.
Padahal, kata dia, tidak semua warga lingkungan Siwakul menolak proses pemakaman tersebut. Karena memang warga kami sebenarnya tidak menolak, namun hanya segelintir oknum warga saja,” tandasnya.