REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat menilai, dalam perang melawan virur corona dibutuhkan bantuan dari semua pihak, termasuk ulama. Sebab, upaya pemerintah dalam penanggulangan Corona virus disease 2019 (Covid-19) tak akan maksimal jika tak ada dukungan dari masyarakat.
Karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya meminta bantuan seluruh pihak, terutama ulama, untuk bersama-sama memgedukasi masyarakat terkait virus Corona. "Karena Tasikmalaya adalah kota santri, peran ulama yang selalu bersama masyarakat, bisa lebih memperkuat program dan anjuran pemeritah. Termasuk dalam pembatasan akrivitas keagaaman di rumah ibadah," kata dia, Selasa (14/4).
Uus mengatakan, pembatasan kegiatan keagamaan merupakan sesuatu yang sangat sensitif. Namun, hal itu harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona yang lebih luas dapat dicegah. Menurut dia, tak hanya kegiatan keagamaan umat Muslim yang dibatasi. Ia menyebutkan, kegiatan agama lain pun dibatasi.
"Tapi karena mayoritas kita Muslim, yang pertama kita ajak berdialog adalah MUI dan komponen di bawahnya. Karena ini menyangkut keyakinan, kita harus libatkan semua pihak," kata dia.
Uus mengatakan, dari sisi kesehatan, segala hal yang membuat kerumunan dalam situasi saat ini sangat tidak dianjurkan. Salah satunya adalah kegiatan shalat Jumat di masjid-masjid. Namun, ketika disandingkan dengan kepercayaan, hal itu sulit dilakukan.
Ia berharap, kebijakan Pemkot Tasikmalaya untuk membatasi kegiatan keagaman dapat diterima dengan beik. Ia juga meminta para ulama untuk terus mengedukasi masyarakat tentang virus corona. "Mudah-mudahan bisa ada kebijakan yang tepat sasaran dan diterima semua pihak. Yang penting bisa memutus mata rantai corona," kata dia.
Hingga Selasa, tercatat ada penambahan pasien positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya dari 11 menjadi 12 pasien. Sementara itu, jumlah orang tanpa gejala (OTG) tercatat 209 kasus, orang dalam pemantauan (ODP) 988 kasus, dan pasien dalam pengawasan (PDP) 20 kasus.