Selasa 14 Apr 2020 16:15 WIB

Penjelasan Ilmiah Proses Terjadinya Petir dalam Alquran

Kajian ilmiah sains menjelaskan proses terjadinya petir dalam Alquran.

Hujan petir (ilustrasi)
Foto: AP
Hujan petir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Umat Islam meyakini petir dimaknai bukan sekadar peristiwa alam semata. Petir atau guruh diabadikan menjadi salah satu nama surah dalam Alquran, yaitu surat ke-13, ar-Ra'du. Setidaknya ada tiga istilah dalam Alquran yang merujuk pada makna petir, yaitu ar-ra'du, ash-showa'iq, dan al-barq.

Para ahli tafsir mendefinisikan ar-ra'du lebih dekat dengan makna suara petir atau geledek. Sedangkan, ash-shawa'iq dan al-barq maknanya lebih dekat untuk istilah kilatan petir, yaitu cahaya yang muncul beberapa saat sebelum adanya suara petir. 

Baca Juga

Dr Muhammad Luqman As Salafi dalam Rasy Al-Barad Syarh Al-Adab Al Mufrod, menjelaskan menurut para ilmuwan, energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika. 

Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan. Di samping itu, petir juga menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di bumi untuk menunjang kehidupannya.

Petir bergerak pada kecepatan 150 ribu km/detik, hampir setengah kecepatan cahaya dan 100 ribu kali lebih cepat dari kecepatan suara. Sedangkan, suara yang dilepaskan oleh satu kilatan lebih besar dari pada cahaya 10 juta bola lampu berdaya 100 watt.

Para ilmuwan modern sudah banyak meneliti tentang kedahsyatan kilatan cahaya yang dihasilkan petir. Petir bagaikan kapasitor raksasa, lempeng pertama adalah awan yang beradu dengan lempeng kedua adalah bumi. 

Menurut ilmuwan, petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), yaitu ketika salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif. Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya.

Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus-menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.

Teori sederhananya, udara yang dipanaskan oleh cahaya matahari naik membawa molekul-molekul air yang menguap di dalamnya. Ketika udara yang naik ini mencapai ketinggian 2-3 km, udara tesebut bersentuhan dengan lapisan udara dingin.

Saat kenaikan udara, kristal-kristal es yang terbentuk di dalam awan melepaskan energi listrik statis yang terbentuk karena pergesekan. Energi listrik ini mengandung unsur positif (+) pada lapisan atas awan dan unsur negatif (-) pada lapisan bawahnya. Ketika awan cukup terisi untuk mengionisasi udara, petir pun terbentuk.

Penjelasan para ilmuwan tentang kronologi petir ini sebenarnya sudah dijabarkan dalam Alquran. Firman Allah SWT, "Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS an-Nur [24]: 43).

Dalam surat tersebut Allah SWT menjelaskan kronologi pembentukan petir sehingga menjadi kilatan yang hampir menghilangkan penglihatan. Alquran juga memaparkan bagaimana Allah SWT menggerakkan awan sebagai pemicu terjadinya petir.

 

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement