Selasa 14 Apr 2020 23:12 WIB

Indonesia Peringkat Ketiga Kasus TB Tertinggi Dunia

Indonesia hanya kalah dari China dan India.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Pasien Tuberkulosis melihat hasil ronsen dadanya. Indonesia, India, China, menjadi tiga negara penderita TBC terbesar dunia.
Foto: EPA
Pasien Tuberkulosis melihat hasil ronsen dadanya. Indonesia, India, China, menjadi tiga negara penderita TBC terbesar dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis Indonesia menduduki peringkat ketiga negara yang memiliki kasus penyakit tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Indonesia hanya kalah dari China dan India.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto mengungkap kasus TB di Indonesia pada 2018 sekitar 846 ribu."Karena itu Indonesia menduduki peringkat ketiga kasus TB yang tertinggi di dunia. Ini masih ditambah dengan beban penderita TB yang resisten obat, TB HIV, dan TB anak," ujarnya saat pemaparan dengan Komisi IX DPR secara virtual, di akun DPR, Selasa (14/4).

Tak hanya itu, persoalan masih ditambah dengan rendahnya temuan kasus TB resisten obat (MDR). Ia mengakui salah satu penyebab lambatnya pengobatan TB resisten obat adalah keterbatasan sarana prasarana. Ini membuat ekspansi pengobatan TB kategori itu berjalan lambat.

Ia menambahkan, hingga kini baru ada sembilan provinsi yang cakupan temuan kasus yang sudah diatas angka nasional sebesar 46 persen diantaranya Jawa Barat, Gorontalo, Jakarta, Maluku, Maluku Utara, Jawa Timur, Papua, Banten, Sulawesi Utara. Sementara itu, ia menyebutkan baru 17 provinsi yang cakupan keberhasilan pengobatan TB mencapai diatas 87 persen yaitu Lampung, Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Barat, Banten, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Bali, Bangka Belitung, Aceh, Sumatra Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Riau, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, dan Jambi.

"Secara keseluruhan, kabupaten/kota harus melakukan upaya-upaya penemuan kasus. Ini untuk memenuhi target penemuan dan keberhasilan pengobatan TB," ujarnya.

Ia menegaskan, upaya ini harus dilakukan karena pemerintah telah menetapkan strategi penanggulangan TB yang telah ada di rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024. Strategi ini termaduk penguatan kepeimpinan program berbasis kabupaten, peningkatan akses layanan TB yang bermutu dan berpihak pada pasien, pengendalian infeksi dan optimalisasi pemberian pengobatan pencegahan TB, pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tata laksana TB dan terakhir meningkatkan peran serta komunitas mitra, multisektor, lainnya dalam eliminasi TB.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement