Rabu 15 Apr 2020 07:59 WIB

Turki Desak Internasional Bantu Pengungsi Suriah

Desakan membantu pengungsi Suriah muncul di tengah pandemi Covid-19

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Christiyaningsih
Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Desakan membantu pengungsi Suriah muncul di tengah pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: Nabil Mounzer/EPA
Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Desakan membantu pengungsi Suriah muncul di tengah pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mendesak komunitas internasional untuk membantu para pengungsi Suriah. Desakan ini muncul di tengah berkurangnya upaya bantuan karena situasi pandemi Covid-19. Hal ini disampaikannya pada konferensi virtual sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Rabu (15/4).

Cavusoglu mengatakan Turki adalah sumber utama bantuan untuk para pengungsi Suriah. Situasi pandemi sekarang ini membuat upaya membantu pengungsi lebih sulit dilakukan. Dia pun khawatir kondisi ini akan menimbulkan meningkatnya jumlah pengungsi ke Turki.

Baca Juga

"Kami khawatir ini mungkin memicu gelombang pengungsi lain ke Turki karena kegagalan komunitas internasional. Komunitas internasional harus bertindak sebelum terlambat bagi Suriah dan Idlib," kata dia.

Cavusoglu menuturkan wilayah Idlib merupakan wilayah yang paling membutuhkan bantuan. Wilayah ini telah menjadi sasaran brutal oleh rezim Suriah di bawah Bashar al-Assad dan sekutunya. "Provinsi itu sangat membutuhkan lebih banyak bantuan asing dan rencana global yang solid, ini yang tidak kita miliki sekarang," tuturnya.

Cavusoglu menambahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin 5 Maret lalu menyetujui tentang gencatan senjata baru di Idlib dalam upaya untuk mengakhiri permusuhan dan serangan terhadap warga sipil. Hampir 1,5 juta warga Suriah berada di ambang pintu Turki. "Kami membutuhkan dukungan nyata dan tepat waktu dan tanpa syarat dari sekutu kami," kata Cavusoglu.

Menurut data Universitas Johns Hopkins yang berbasis di A.S, Suriah memiliki setidaknya 29 kasus virus corona dan dua kematian pada hari Selasa. Tetapi aktivis hak asasi manusia memperingatkan virus itu dapat menyapu daerah yang dilanda konflik.

Pada akhir Maret, kepala bantuan PBB Mark Lowcock mengatakan kasus infeksi Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di Suriah hanyalah puncak gunung es dari wabah yang dapat memiliki dampak buruk pada negara yang dilanda perang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement