REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah video yang menunjukan seorang pemuda bernama Pius mengaku sebagai ketua kelompok Anarko Sindikalis Indonesia beredar di media sosial. Dalam video itu terlihat Pius sedang berada di ruang penyidik kepolisian.
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Jerry Siagian membenarkan informasi itu. Jerry mengatakan, pemuda itu ditangkap polisi lantaran berusaha mencuri helm milik seorang polisi lalu lintas (polantas) di Semanggi, Jakarta, pada Ahad (12/4). Namun, saat diperiksa di kantor polisi, Pius mengaku sebagai Ketua Anarko Sindikalis Indonesia.
"(Pelaku) Pencurian helm Polantas, TKP di Semanggi. Ditangkapnya hari Ahad. Ternyata pengakuan dia Anarko," kata Jerry saat dikonfirmasi, Rabu (15/4).
Jerry menuturkan, kepolisian masih mendalami kasus itu. Dia menyebut, penyidik dari Subdit Keamanan Negara (Kamneg) Ditreskrimum Polda Metro Jaya masih menyidiki pengakuan Pius.
"Kita kasih ke Kamneg sebagai bahan penyidikan mereka (juga)," ujar Jerry.
Dalam video itu, Pius mengaku bertugas sebagai pemberi doktrin dan memiliki anggota lainnya. Dia pun menyebutkan identitas masing-masing anggotanya itu.
Berikut isi pengakuan Pius dalam video tersebut:
"Nama saya Pius Laut Labungan tempat lahir Ambon 7 Juni 1995. Saya adalah A1, saya Ketua Anarko Sindikalis Indonesia dengan tujuan tatanan dunia baru tanpa pemerintahan. Saya punya A1 adalah saya. Saya punya A2 bernama Johan yang bertugas dalam pencarian dana. Saya punya A3 Andreas Tagala yang bertugas sebagai koordinator lapangan. A4 Siamanaloho, yang bertugas sebagai pemberi doktrin".
Sebelumnya diberitakan, polisi telah menangkap lima pelaku vandalisme di Tangerang Kota. Masing- masing pelaku berinisial MRR (21 tahun), AAM (18), RIAP (18), RJ (19), dan RK. Mereka melakukan vandalisme yang berisi kalimat provokatif di empat lokasi berbeda di Tangerang Korta. Ada tiga kalimat yang ditulis para pelaku yakni 'kill the rich' atau bunuh orang-orang kaya, 'sudah krisis, saatnya membakar' dan 'mau mati konyol atau mati melawan'.
Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, para pelaku melakukan aksinya itu lantaran kecewa dengan sikap pemerintah dalam menangani wabah virus corona (Covid-19).
Mereka pun diketahui tergabung dalam kelompok Anarko yang telah menyusun rencana untuk melakukan aksi vandalisme secara bersama di beberapa kota besar di Pulau Jawa pada 18 April 2020. Aksi tersebut dilakukan untuk membuat gaduh di tengah wabah Covid-19.