REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rapid diagnostic test (RDT) masif tetap akan dilakukan di kawasan Bodebek untuk memetakan penyebaran COVID-19. Menurut juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, RDT masif ditargetkan dapat selesai Mei 2020.
“Selesainya secepatnya. Mudah-mudahan sebelum Mei 2020 kita sudah bisa menyelesaikan kegiatan rapid test ini,” ujar Berli kepada wartawan, Rabu (15/4).
Menjelang penerapan PSBB Bodebek pada 15-28 April 2020 ini, Berli mengatakan, untuk PSBB Bodebek, rapid test masif akan tetap dilanjutkan. "Bahkan mungkin dengan ekskalasi yang lebih besar, “ kata dia.
Menurutnya, kunci keberhasilan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan berlaku di kawasan Bogor, Depok, Bekasi (Bodebek) adalah disiplin warga dan konsistensi rapid diagnostic test (RDT) masif.
RDT masif, kata dia, dapat menunjang keberhasilan PSBB Bodebek karena tujuan kekarantinaan kesehatan tersebut adalah memutus rantai penularan, merawat dan mengobati penderita COVID-19. Pelaksanaan rapid test untuk melacak kontak lekat penyebaran COVID-19.
"Dengan demikian yang positif mudah ditemukan, bisa segera diobati atau dirawat sebelum menunjukkan gejala membahayakan. Jadi selain akan menekan jumlah kematian, rapid test masih juga akan meningkatkan angka kesembuhan,” papar Berli.
Sejauh ini, kata dia, Pemprov Jabar telah mendistribusikan sekitar 70 ribu alat rapid test ke 27 kabupaten/kota dan sekitar 1.000 sampel telah dipastikan melalui tes polymerase chain reaction (PCR) positif COVID-19.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menargetkan 300 ribu tes cepat dilakukan di Jabar, atau 30 persen dari target RDT masif nasional yang mencapai 1 juta sampel. Berli menjamin Pemprov Jabar tidak akan kekurangan alat RDT karena banyak menerima sumbangan dari komunitas, BUMN, dan swasta.